Gunawan, Iwan dan Yaneppi termasuk ke dalam 5, 56 juta pemilih yang mencoblos pada pemilihan pemimpin ibu kota, 15 Februari lalu.
Diketahui, ada tiga pasangan kandidat untuk menjadi pemimpin DKI Jakarta 2017-2022: Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni; Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat; serta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Walaupun pemilihan terjadi di DKI Jakarta, para pemimpin partai yang sempat menjadi kandidat presiden-wakil presiden periode 2009, ikut turun gunung, guna mendukung jagoan mereka. Mulai dari Megawati Soekarnoputri hingga Prabowo Subianto.
 Iwan Gunawan kesulitan mendapatkan modal usaha untuk menjajakan sotonya kembali. ( CNN Indonesia/Anugerah Perkasa) |
Pada putaran pertama, Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta mengumumkan kemenangan perolehan suara sementara untuk pasangan Basuki-Djarot yakni 42 persen; Anies-Sandi 39 persen; dan AHY-Sylvi 17 persen. Ini artinya, pemungutan suara akan kembali digelar pada 15 April 2017, karena tak ada yang mencapai lebih dari 50 persen suara.
"Jakarta ini kan beda dengan daerah yang lain,” kata Megawati dalam satu jumpa pers pada Februari. “Saya sudah perintahkan untuk mengamankan suara di putaran kedua.”
“Kalau kalian ingin saya jadi presiden di 2019, kalian harus memenangkan Anies-Sandi menjadi gubernur dan wakil gubernur,” kata Prabowo dalam orasinya. “Kalian harus kerja keras.”
Lobi politik pun terus dilakukan.
Ketiga partai pendukung pasangan AHY-Sylvi yakni PPP, PAN dan PKB kemungkinan besar mendukung pasangan Anies-Sandi, yang dicalonkan Partai Gerindra dan PKS. Sementara pasangan Ahok-Djarot masih didukung oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Nasional Demokrat, serta Partai Hanura.
Pada putaran kedua kelak, warga hanya bisa memilih pasangan Ahok-Djarot serta Anies-Sandi—atau bahkan, tak mencoblos.
“Kami menawarkan modal usaha dengan bagi hasil,” kata Ahok dalam acara Debat Publik soal ketimpangan ekonomi, Januari lalu. “Dikurangi biaya, yang kerja dapat 80 persen.”
“Kami ingin menghadirkan 44 pusat pertumbuhan ekonomi di Jakarta yang akan menumbuhkan lapangan pekerjaan,” kata Anies dalam acara serupa. “Ini lebih sekadar menumbuhkan wirausaha, tapi menumbuhkan ekonomi.”
Penimbunan Harta KekayaanTetapi, Ahok dan Anies tak sempat menyinggung soal penimbunan harta segelintir kelompok super kaya.
“Pembangunan di DKI Jakarta masih meminggirkan orang lemah dan miskin,” kata Alghiffari Aqsa, Direktur LBH Jakarta. “Kota hanya ramah terhadap orang kelas menengah ke atas.”
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengakui soal ini. Dia menyebutkan 1 persen kelompok super kaya—sebagian besar berada di Jakarta—turut menyumbang terjadinya ketidaksetaraan. Menurutnya, hal tersebut harus dikoreksi dengan upaya perpajakan.
Walaupun demikian, rasio Gini—indikator terjadinya ketimpangan—telah menunjukkan perbaikan yakni 0,39 pada Maret 2016, dari sebelumnya 0,41 sepanjang 5 tahun terakhir.
“Ini menjadi koreksi terhadap
high wealth concentration, tentu berhubungan dengan perpajakan,” kata Mulyani. “Yang paling sulit adalah mengenai
ability to collect. Apalagi, saat orang melakukan penyembunyian aset.”
Laporan bersama Oxfam Indonesia-Infid menyatakan kelompok super kaya menimbun kekayaannya melalui bisnis kelapa sawit, batu bara dan mineral, multimedia, teknologi informasi hingga keuangan dalam 15 tahun terakhir.
Imbasnya, Jumlah miliarder pun meningkat. Pada 2002, hanya ada satu individu super kaya, namun akhirnya melonjak menjadi 20 individu super kaya pada 2016.
Riset itu mengingatkan, peningkatan jumlah orang super kaya di tengah-tengah meluasnya kemiskinan dapat berakibat pada kekerasan sosial. Dua organisasi tersebut juga memperkirakan jika kondisi ketimpangan tak berubah, maka sekitar 13 juta penduduk lagi jatuh ke jurang kemiskinan ekstrem pada 2019.
“Kelompok kayalah yang meraup manfaat dari kinerja ekonomi Indonesia yang banyak digembar-gemborkan,” kata Sugeng Bahagijo, Direktur Eksekutif Infid. “Sementara jutaan kalangan bawah dibiarkan tertinggal di belakang.”
Kekayaan Karena KronismeRiset bersama itu juga menyatakan ledakan ekonomi berbasis komoditas—kelapa sawit, minyak, batu bara dan mineral—dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan peluang pengerukan keuntungan.
Ini yang sempat dilakukan pemerintah Orde Baru saat berkuasa selama 30 tahun. Memberikan pelbagai kemudahan bagi kelompok yang dekat dengan Presiden Soeharto: dari konsesi, pinjaman, lisensi impor hingga dana talangan.
Walaupun demikian, sebagian besar sektor industri penyumbang kekayaan miliarder saat ini pun berkelindan dengan kronisme.
Industri yang dimaksud di antaranya adalah pertanian (menyumbang sekitar 15 persen kekayaan); pertambangan dan migas (menyumbang 16 persen kekayaan); manufaktur (menyumbang 14 persen kekayaan); ritel (menyumbang sekitar 3 persen kekayaan); jasa keuangan (menyumbang 36 persen kekayaan); serta properti (sekitar 2 persen menyumbang terhadap kekayaan).
“Sikap terbaik Jokowi adalah mengatakan tidak kepada orang kaya yang berpengaruh,” kata Deepak L. Xavier, dari Oxfam International. “Ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakannya.”