Jakarta, CNN Indonesia -- Lingkaran Survei Indonesia pimpinan Denny JA dalam surveinya menyatakan elektabilitas pasangan calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno lebih tinggi dari pasangan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok-Djarot Saiful Hidayat.
Survei dilaksanakan pada 23 Februari hingga 3 Maret 2017. Peneliti senior LSI, Adjie Alfaraaby mengatakan jika putaran kedua dilaksanakan saat survei dikerjakan, maka pasangan Anies-Sandi memperoleh dukungan sebesar 49,7 persen. Sementara pasangan Ahok-Djarot memperoleh dukungan sebesar 40,5 persen.
“Pasangan Anies-Sandi memperoleh dukungan tertinggi sebesar 49,7 persen. Hanya butuh 1 persen saja untuk terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dan ada 9,8 persen belum menentukan pilihannya,” ujar Adjie di Jakarta, Selasa (7/3).
Survei LSI Denny JA melibatkan 440 responden dengan menggunakan metode
multistage random sampling. Pengambilan data dilakukan lewat wawancara tatap muka dengan
margin of error kurang lebih 4,8 persen.
Adjie menuturkan, keunggulan Anies-Sandi sekitar 9 persen terhadap Ahok-Djarot tidak serta merta bisa dijadikan acuan pemenang Pilkada DKI putaran kedua. Pasalnya, jika di
breakdown ke dalam segmen-segmen tertentu, kedua pasangan terlihat saling mengungguli.
Untuk suara dari kalangan muslim, misalnya, berdasarkan hasil survei Anies-Sandi berhasil memperoleh dukungan sebesar 55,04 persen, sementara Ahok-Djarot hanya mendapat dukungan 36,02 persen.
“Akan tetapi jika di balik, pasangan Ahok-Djarot berhasil memperoleh dukungan 86,58 persen dari pemilih non Muslim dan Anies-Sandi hanya 3,65 persen,” ujarnya.
Untuk pemilih dengan tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah dengan tingkat pendapatan di bawah Rp3,5 juta, LSI Denny JA menemukan bahwa mereka lebih memilih pasangan Anies-Sandi. Sementara, pemilih dengan tingkat pendapatan sebaliknya lebih memilih pasangan Ahok-Djarot.
Adji melanjutkan, berdasarkan tingkat pendidikan, pemilih dengan tingkat pendidikan di bawah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) umumnya memilih pasangan Anies-Sandi. “Sedangkan pemilih di segmen pendidikan tinggi, Ahok-Djarot cukup perkasa,” katanya.
Lebih lanjut, Adjie menyampaikan, dalam segmen suku atau etnis, pasangan Anies-Sandi berhasil unggul mutlak di pemilih Betawi dan Sunda.
Di kalangan pemilih etnis Betawi, Anies-Sandi meraih 54,7 persen suara dan 58,5 persen suara dari kalangan pemilih beretnis Sunda. “Di pemilih Jawa, Anies-Sandi bersaing dengan meraih 47,6 persen dan Ahok-Djarot sebesar 42,6 persen,” ujarnya.
Tren Positif AhokMeski pasangan Anies-Sandi lebih diunggulkan di putaran kedua, Adjie mengatakan, pasangan Ahok-Djarot juga menunjukkan tren positif. Ia berkata, ada banyak berita baik yang mengarah ke pasangan Ahok-Djarot.
Beberapa hal yang menjadi keunggulan pasangan Ahok-Djarot adalah soal rasa puas atas kinerja pasangan itu yang mencapai 73,5 persen. Ia mengatakan, petahana dengan tingkat kepuasan di atas 70 persen umumnya menang dan menjabat kembali.
“Hanya 25,2 persen yang menyatakan tidak puas. Tapi kepuasan itu tidak pararel dengan elektabilitasnya,” ujar Adjie.
Tren positif lain adalah dukungan dari sebagian pemilih yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama. Adjie berkata, meski belum mayoritas, dukungan NU cukup menentukan karena populasinya besar.
Dari seluruh hasil survei tersebut, Adji berkata, masing-masing pasangan calon mesih berpeluang memenangkan Pilkada DKI putaran kedua.
Ia menyebut, Ahok-Djarot bisa menang jika bisa menarik simpati pemilih muslim, terutama kalangan NU dan memperkecil jumlah pemilih yang menilainya menistakan agama.
Sementara Anies-Sandi bisa menang jika semakin banyak pemilih yang menginginkan gubernur baru dan semakin banyak muslim yang menilai Ahok menistakan agama.
(wis/sur)