Jakarta, CNN Indonesia -- Pandji Pragiwaksono adalah juru bicara tim pemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang boleh diblang luwes dan santai. Selain jarang menggunakan bahasa baku alias tidak kaku saat berbicara, ia juga selalu bisa tenang menjawab setiap pertanyaan.
Terhitung sudah tiga bulan Pandji sudah menjadi juru bicara tim pemenangan Anies-Sandi. Selama itu pula komika muda itu banyak di
bully karena secara terbuka menyatakan sikap mendukung salah satu pasangan yang berkontes di Pilkada DKI 2017.
Terlepas dari olok-olok itu, banyak hal yang ia lakukan untuk memenangkan pasangan urut nomor tiga yang kini dia usung. Satu dari sekian banyak tugas yang cukup menarik baginya adalah mengubah gaya Anies agar bisa lebih luwes di dunia maya.
"Kekurangan Anies itu terlalu om-om, terlalu serius. Susah membuat dia tertarik buat anak muda. Jadi ngerjain video tweet jahat itu usaha banget, ngerjain berkali-kali itu. Susah," kata Pandji.
Tweet jahat adalah video singkat yang menampilkan Anies membacakan cacian yang dia terima di sosial media. Cacian itu selalu ditanggapi Anies dengan tidak serius. Mulai dari tanggapan yang lurus dan bahkan sama sekali tidak nyambung. Intinya selalu ada canda pada setiap tanggapan.
Sebagai contoh, Anies pernah dihadapkan pada cuitan pengguna media sosial yang menyebut Anies dungu dan tidak becus kerja sehingga diberhentikan dari jabatan menteri pendidikan dan kebudayaan oleh Presiden Joko Widodo.
Dalam video tweet jahat, Anies menjawab dengan berkata akan membawa Kartu Jakarta Pintar Plus setiap hari agar pintar. Tapi ukuran dari kartu yang diperlihatkan sangat besar sehingga Anies sendiri bingung bagaimana membawa kartu tersebut.
[Gambas:Youtube]Video tersebut, kata Pandji, merupakan antitesis dari Anies untuk orang yang mencacinya. Dengan begitu orang yang mendukung atau tidak mendukung tetap memperhatikan Anies. Mereka penasaran bagaimana video berikutnya dan secara perlahan nama Anies terangkat di sosial media yang mayoritas dihuni pemilih pemuda.
"Idenya menarik. Di saat yang satu marah-marah mulu sampai
buzzernya ikutan marah, ini ada video yang nunjukkin dimarahin tapi gak keliatan marah," kata Pandji sambil tertawa.
Terhitung ada 14 video tweet jahat yang dirilis Anies sampai saat ini. Paling sedikit video itu diputar sebanyak 3.000 kali dan paling banyak diputar sebanyak 7.000. Pandji menyebut jumlah pengunjung itu terbilang banyak dan cukup membuat tim pemenangan Anies-Sandi puas.
Meski begitu, ada usaha keras di balik kepuasan. Bukan perkara mudah bagi tim untuk membuat Anies tampak natural di video. Tim harus mengarahkan Anies berkali-kali untuk membuat dia 'cair' dengan suasana yang dibangun.
Pandji mencontohkan dengan syuting video om telolet om. Anies diminta menampilkan wajah yang mengesalkan saat Sandi minta membunyikan klakson mobil yang ia tumpangi. Alih-alih pasang tampang mengesalkan, Anies malah tersenyum pada beberapa kali pengambilan gambar.
"Diminta nyebelin dia malah nanya 'kaya gimana nyebelin?'. Akhirnya diminta untuk cemberut dan dia bisa," kata Pandji.
[Gambas:Youtube]Pria yang berkecimpung di dunia hiburan ini menilai video tweet jahat sangat sukses. Pemilih pemula tertarik pada pasangan calon nomor tiga dan memilih mereka saat pencoblosan pada 15 Februari lalu. Itu terbukti dari survei Saiful Mujani Research and Consulting yang menunjukkan 49 persen pemilih pemula atau yang berusia kurang dari 21 tahun memilih Anies-Sandi.
"Anak muda mungkin enggak ngerti apa yang diomongin. Tapi mereka melihat dan tahu apa yang mereka rasain.
That's how we won them," kata Pandji.
Mencairnya pembawaan Anies juga diikuti dengan karakter Sandi yang tampak muda dan santai pada realita. Padahal ia memiliki usia yang sama dengan Anies, 47 tahun. Sandi dalam setiap kesempatan berkampanye memang terbilang lebih punya pembawaan lebih cair.
Sandi terlihat luwes ketika menyampaikan program One Kecamatan One Center for Enterprenuership (OK OCE) yang kerap disertai gerakan tangan. Ia selalu menggerakkan tangan dengan tiga jari kearah dada kanan dan dada kiri kala menjelaskan program itu.
Gerakan itu pula, kata Pandji, yang membuat orang mudah mengingat pasangan Anies-Sandi. Menurut Pandji, manusia lebih mudah menghafal simbol dari pada perkataan.
Hal itu terbukti dari meme yang beredar di sosial media lantaran Sandi sering melakukan gerakkan itu saat debat di putaran pertama. Secara tidak langsung persebaran itu menyasar pemilh pemula yang kerap berselancar di dunia maya.
"Kalau Pilkada selesai dalam beberapa bulan, OK OCE ada selamanya dibenak mereka.
That's good branding, baik bagi yang memilih dan tidak memilih," kata Pandji.
 Sandiaga Uno. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Pandji dan tim pemenangan merasa puas ketika Anies-Sandi mendapat perolehan suara 2.193.530 atau 39,97 persen, kurang lebih selisih 3 persen dari pasangan Ahok Djarot. Ia sadar perjuangan belum selesai dan hasil itu adalah awal.
Pandji menilai kesuksesan itu bisa tercapai karena kerja Anies juga. Ia mengaku kenal Anies sejak tahun 2010 dan mengetahui sepak terjang Anies. Apalagi ia mengetahui bahwa diawal usaha dari tim pemenangan tebilang kurang.
"Awalnya tim pemenangan setengah-setengah karena Anies bukan kader dari dua partai pengusung. Makin kesini gigi makin ngeklik satu sama lain. Kampanye lebih rapih dan sosial media lebih rapih, setelaj itu jalan terus," kata Pandji.
Berikutnya...Buzzer Ahok Ibarat Hubungan Benci Tapi Cinta
Pandji banyak membantu penyesuaian karakter Anies-Sandi di media sosial. Media sosial bagi Pandji adalah sarana yang sangat efektif menggaet pemilih pemula --tentunya dengan gaya khas Pandji yang penuh canda dan lelucon.
"Sekarang anak muda bersosialisasi di Twitter dan Instagram. Di situlah tempat mereka kumpul, tempat tukar gagasan dan dapat informasi baru. Di situlah gua bekerja," kata Pandji.
Twitter dan instagram menjadi media sosial gacoan Pandji. Dua media sosial itu ia gunakan sesuai proporsi kebutuhan kampanye. Bila ingin melempar informasi singkat, ia menggunakan twitter. Bila ingin menyampaikan penjelasan secara visual ia menggunakan instagram.
Selain itu, Pandji juga memiliki situs yang diberi nama Pandji.com. Di samping tulisan-tulisan yang tidak berkaitan dengan Pilkada, ia sering membedah sejumlah program Anies-Sandi yang banyak dipandang sebelah mata, seperti OK OCE dan rumah hunian terjangkau tanpa uang muka atau DP nol rupiah.
Setiap postingan Pandji di sosial media berkaitan kampanye rupanya sudah diatur oleh tim pemenangan. Ada jadwal kapan harus berbicara di media sosial dan ada materi yang sudah disiapkan jauh-jauh hari. Terkadang Pandji juga bersifat aktif dan kadang bersifat pasif.
"Ya seperti cara cowok lagi deketin cewek aja. Kasih jarak dulu biar kangen, jangan ditempel terus," kata Pandji sambil tertawa.
Cara yang dia terapkan terbukti efektif menjaga dan menambah pengikut di media sosial. "Followers di twitter sekarang sekitar satu juta, sebelumnya sekitar 960 ribuan. Subscriber YouTube kemarin naik jauh banget, kaget gue. Situs Pandji.com itu juga tumbuh signifikan," kata Pandji.
Di samping followers yang banyak, di situs pribadi atau akun media sosial ejekan atau bully tetap saja ada. Bully dan sosial media bagai dua sisi mata uang yang memang tidak bisa dipisahkan. Pandji memiliki cara tersendiri dalam menghadapi bully, ia tidak pernah memblokir netizen yang membully.
Menurut Pandji, bully adalah bentuk lain dari beropini dan tidak salah. Pandji sendiri mencari uang dari beropini lewat stand up comedy. Ia merasa tidak adil bila membenci seseorang namun ia melakukan hal yang sama.
"Bully itu memang tidak untuk diatasi, gue punya prinsip dekatkan orang yang membully kita, ajak ngobrol. Gua sama buzzer pak Basuki (Ahok) begitu, sampai kami merasa seperti ada hubungan benci tapi cinta," kata Pandji.
Dengan prinsip itu Pandji tidak pernah khawatir menghadapi Bully. Bully hanya sebatas di sosial media yang ia anggap biasa saja. Trik-trik itu yang membuat Pandji berhasil menarik netizen yang mayoritas dihuni pemilih pemula.
Terkadang Pandji juga melakukan kampanye di luar sosial media. Seperti menghadiri undangan di televisi sebagai juru bicara Anies-Sandi. Saat tampil di televisi ia menerapkan hal yang sama dengan sosial media. Agar pengikutnya tak lepas dari genggaman.
"Gue kalo di TV lebih banyak bercanda, ketika dibutuhkan serius gue serius, tapi secara umum lebih banyak lucu karena gue pengen kelihatan sama anak muda," kata Pandji.