Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak warga binaan di Rumah Tahanan Salemba tak bisa atau enggan menggunakan hak pilih pada Pilkada DKI karena malu dengan lingkungan asalnya. Fenomena itu diketahui saat pemungutan suara putaran kedua Pilkada DKI berlangsung, Rabu (19/4).
Rasa malu muncul saat keluarga para tahanan hendak mengurus formulir perpindahan memilih (A5) dari tempat pemungutan suara asal ke Rutan Salemba. Untuk menggunakan hak pilih di rutan, mereka harus mengurus perpindahan lokasi pencoblosan dari TPS alamat kartu identitasnya.
Faktanya, kata Kepala Satuan Pengamanan Rutan Salemba Soeistanto Poedji, hanya sedikit keluarga tahanan yang mau memproses pemindahan tersebut. Akibatnya, hak pilih beberapa warga binaan pun lenyap di Pilkada kali ini.
"Kendalanya, banyak dari mereka merahasiakan identitas di lingkungan. Misalnya, keluarga mereka memberitahu tetangga kalau si tahanan bekerja di kapal atau perusahaan padahal sebenarnya ada di rutan, makanya surat pindah tak diurus," ujar Poedji kepada
CNNIndonesia.com.
Malu dan ketakutan warga binaan dalam pilkada terlihat kala
CNNIndonesia.com menyambangi Rutan Salemba pagi tadi. Hanya sedikit dari mereka yang mau terbuka mengungkap proses pemilihan di sana.
Seorang warga binaan asal Jakarta Selatan bernama Iwan mengatakan, putaran kedua Pilkada DKI ini merupakan kali ketiga baginya menggunakan hak pilih dari balik jeruji besi.
 Sejumlah warga binaan rumah tahanan Salemba menanti giliran menggunakan hak suara pada pemungutan suara putaran kedua Pilkada DKI berlangsung, Rabu (19/4). (CNN Indonesia/Lalu Rahadian) |
Pengalaman pertama pria berusia 32 tahun itu adalah Pemilihan Presiden 2014. Kemudian, hak pilih juga digunakan pada putaran pertama Pilkada DKI. Terakhir, Iwan kembali memilih pada putaran kedua yang diselenggarakan hari ini.
Iwan berkata, ia mencoblos karena merasa bertanggung jawab atas pemerintahan Jakarta selama lima tahun ke depan.
"Ini kan tempat lahir saya, jadi saya harus cari calon pemimpin yang paling baik. Sayang kalau saya tidak memilih," kata Iwan.
Pemilih MenurunPada putaran kedua Pilkada DKI 2017 tercatat ada 464 pemilih yang terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT) Rutan Salemba. Jumlah tersebut menurun dari DPT putaran pertama.
Berdasarkan data yang diperoleh
CNNIndonesia.com, pada putaran pertama lalu ada 859 tahanan yang diberikan hak pilih oleh KPU DKI. Saat itu ada dua TPS yang berdiri di Rutan Salemba.
Karena berkurangnya jumlah DPT, TPS yang didirikan di Rutan Salemba pun berkurang satu saat ini.
Kepala Seksi Pelayanan Tahanan Riski Burhannudin berkata, penurunan jumlah DPT di Rutan Salemba terjadi akibat verifikasi yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
Menurutnya, pengurus Rutan Salemba sebenarnya telah mendaftarkan 2.826 tahanan pada daftar pemilih sementara (DPS). Namun, pengurangan terjadi akibat verifikasi sebelum DPT ditetapkan 4 April lalu.
"Selain itu juga karena rutan ini kan penghuninya fluktuatif, dalam arti tambahannya dan yang pulang cepat. Jadi karena sebagian sudah ada yang dipindah," kata Riski.
Alasan lainnya, pusat data tahanan di Rutan Salemba tidak tertata secara detail dan runut. Menurut Poedji, tiap tahanan di sana hanya memiliki identitas berupa nama, tempat tanggal lahir, dan alamat asal.
Tak ada keterangan nomor identitas kependudukan (NIK) yang diberikan aparat kepolisian kepada pengurus Rutan Salemba kala mengirim orang ke sana.
"Mungkin untuk perbaikan di Pilkada selanjutnya. Kalau dari awal polisi sudah menyetor NIK-nya mungkin akan banyak (yang terdata)," katanya.
Rutan Salemba saat ini menampung 3.085 tahanan dan 728 narapidana. Dari total 3.814 warga binaan, ada 14 orang yang sedang berada di luar rutan karena menderita sakit.