Bupati Kutai Sangkal Disogok Anas

CNN Indonesia
Senin, 01 Sep 2014 15:24 WIB
Bupati Kutai Timur, Isran Noor, membantah telah menerima suap dalam pemenangan Anas Urbaningrum saat pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat pada April 2010 lalu.
Bupati Kutai Timur, Kalimantan Timur, Isran Noor mendatangi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menjalani pemeriksaan, Kamis (17/4/2014). (foto: dok.detikcom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bupati Kutai Timur, Isran Noor, membantah pernah menerima amplop saat menjabat sebagai ketua DPC Kutai Timur untuk memenangkan Anas Urbaningrum dalam pemilihan ketua umum Partai Demokrat di Kongres Akbar, Mei 2010. Sangkalan tersebut disampaikan oleh Isran saat hadir sebagai saksi dalam lanjutan sidang kasus proyek Hambalang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Senin (1/9).

“Uang dari mana itu? Pertanyaannya yang pasti-pasti saja. Jangan yang tidak-tidak,” sangkal Isran saat ditanya langsung oleh Anas.

Dalam persidangan, Isran mengaku memilih Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat berdasarkan kredibilitas yang ditunjukkan oleh Anas. Menurutnya, Anas memiliki kemampuan yang jauh lebih baik dibandingkan dua kandidat lainnya kala itu, yakni Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dugaan adanya uang suap tersebut mengacu pada berkas dakwaan majelis hakim yang menyebut telah terjadi pemberian jatah uang senilai Rp 20 juta hingga Rp 50 juta kepada sejumlah Ketua DPC Partai Demokrat untuk pemenangan Anas di Kongres Demokrat.

Isran juga menegaskan, dirinya tidak pernah terlibat dalam pertemuan bersama Anas pada awal tahun 2010 terkait pembicaraan izin usaha pertambangan (IUP) di Kutai Timur. Pertemuan di Hotel Sultan itu disebut-sebut turut dihadiri oleh Muhammad Nazaruddin, Khalilur R Abdullah Sahlawy alias Lilur, dan juga Gunawan Wahyu Budiarto alias Toto Gunawan.

Isran juga mengaku belum kenal dengan Anas saat mendeklarasikan diri sebagai kandidat ketua umum Demokrat pada April 2010. “Itu pun belum kenal betul. Tapi saya jelas langsung mengenalinya. Jarang ada orang Indonesia modelnya seperti dia,” kata Isran saat menjawab pertanyaan penasehat hukum Anas, Firman Wijaya.

Tuduhan adanya pertemuan rahasia di Hotel Sultan itu diduga berkaitan dengan kongkalikong antara antara Anas dengan Isran untuk perizinan PT Arina Kuta Jaya. Perusahaan tambang itu disebut dalam dakwaan merupakan badan usaha milik Anas dan salah satu tempat pencucian uang korupsi proyek Hambalang.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER