Jakarta, CNN Indonesia -- Gwan Lie, 78 tahun, mengenal aktivis pembela hak asasi manusia, Munir, pertama kali saat ia bekerja sebagai staf keamanan di kantor Komisi Nasional untuk Tindak Kekerasan dan Orang Hilang (KontraS).
Di mata Gwan, Munir merupakan sosok sederhana dan baik pada karyawan dan rekan kantornya. “Dia sering menyemangati teman-teman lain,” ujarnya kepada CNN Indonesia, Kamis (4/9).
Gwan masih ingat sering membelikan tiket kereta api untuk Munir yang hendak pulang kampung ke kota masa kecilnya, Malang. Ia juga mengingat Munir sebagai sosok sederhana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat masih bekerja di Kontras, Munir sering mengendarai motor vespa butut untuk bolak-balik melaju Bekasi-Mendut.
Munir juga tidak pernah takut meskipun sering dikirimi teror saat mengurus kasus Semanggi 1 dan Semanggi 2. Teror itu berupa kiriman bangkai ayam dan bom. “Munir terus gigih menuntaskan kasus pelanggaran HAM,” ujarnya.
“Saya harap teman-teman seperjuangan Munir tidak pernah melupakan kasus ini seperti Munir tidak akan melupakan mereka,” kata Gwan lagi.