Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah berencana untuk segera merevisi Kurikulum 2013 dengan membentuk tim independen yang bertugas merevisi konsep dan pelaksanaan menyusul banyaknya keluhan mengenai implementasi kurikulum di lapangan.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar, Menengah dan Kebudayaan Anies Baswedan saat melakukan inspeksi dadakan (sidak) Kurikulum 2013 ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 87 di Rempoa, Ciputat, Jakarta Selatan, pada Rabu (12/11).
"Semenjak saya dilantik menjadi Menteri, banyak pesan singkat masuk berisi keluhan tentang pelaksanaan Kurikulum 2013, " kata Anies disela-sela audiensi dengan guru dan siswa SMAN 87.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan keluhan tersebut diantaranya mengenai jumlah mata pelajaran yang terlalu banyak, sosialisasi serta pelatihan guru yang kurang hingga lambatnya distribusi buku paket pelajaran ke pihak sekolah yang menyebabkan proses belajar mengajar terganggu.
"Inilah pentingnya melihat konsep pendidikan dari hilir (sekolah dan kelas) bukan semata-mata di hulu," katanya.
Meski banyak persoalan, Anies menegaskan Kurikulum 2013 tidak akan mengalami perubahan. Pemerintah, katanya, hanya akan melakukan penyempurnaan implementasi alih-alih merombak total Kurikulum 2013.
"Jangan mentang-mentang ganti pemerintahan ganti pula kebijakannya. Jangan sampai kebijakan merugikan mereka yang melaksanakan kurikulum tersebut, " kata dia menjelaskan.
Saat ini, lanjutnya, pihaknya sedang mencari masukan dan kenyataan di sekolah-sekolah mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sendiri digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh dan diluncurkan ke sekolah-sekolah pada tanggal 15 Juli 2013. Sementara, implementasinya diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014.
Nuriyanto selaku guru Bahasa Inggris di SMAN 87 mengatakan berdasarkan hasil pengamatan dan pengalamannya selama ini, implementasi Kurikulum 2013 dinilai sangat membebani siswa. Hal tersebut terutama disebabkan oleh jumlah mata pelajaran yang bisa mencapai 15 buah.
"Saya sudah mengirimkan surat berkali-kali ke Menteri Nuh komplain pelaksanaan Kurikulum 2013. Tapi, tidak juga ditanggapi," katanya.
Nuriyanto mengatakan banyaknya mata pelajaran yang mesti ditanggung oleh siswa menyebabkan yang bersangkutan menjadi kewalahan dan tidak fokus pada apa yang menjadi peminatannya.
"Saya seringkali enggan memberi tugas rumah pada siswa saya karena kasian melihat mereka capek seharian penuh belajar," ujar dia.
Nuriyanto lantas membandingkan dengan negara Finlandia yang belajar dengan mata pelajaran tak lebih dari 6 tetapi penduduknya pintar.
Pernyataan Nuriyanto juga diamini oleh Dinda Mulia Putri selaku siswa kelas XI SMAN 87. Pelajar yang mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar ke Singapura tersebut mengatakan banyak pelajaran yang sebenarnya bisa digabung menjadi satu.
"Misalnya Matematika Peminatan dan Matematika Wajib bisa dijadikan satu ke dalam Matematika," ujar dia.
Tak hanya itu, dia juga berharap pemerintah bisa memberikan keleluasan bagi siswa untuk memilih mata pelajaran sesuai bidang peminatan yang mereka ingin tekuni ketika bekerja nanti.
"Kalau sekarang, siswa capek-capek belajar tapi hasilnya gini-gini aja, gak pintar-pintar juga karena gak fokus," katanya.