Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga Kartu Sakti Jokowi tampaknya tidak sakti untuk beberapa daerah termasuk di Bantaeng, Sulawesi Selatan, seperti disampaikan oleh Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah.
"Kalau di tempat kami lebih mudah telepon 113, mereka 24 jam kerja didukung oleh 20 dokter dan 16 perawat," ujar Nurdin di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (13/11)
Pada kesempatan yang sama Nurdin menjelakan bahwa kehadiran kartu sakti Jokowi tidak mudah diaplikasikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalkan ada Seorang Ibu yang hendak melahirkan tapi angkutan umum atau kendaraan pribadi tidak ada, itu bagaimana? sedangkan melalui telepon bisa langsung ke rumah Ibu itu," kata Nurdin.
Nurdin juga menjamin bahwa sumber dana penjamin kesehatan warganya juga transparan. “Ada APBD dan dananya juga tidak besar,” ujarnya.
Nurdin juga mengatakan bahwa untuk mendukung fasilitas ini, pemerintah menyediakan delapan ambulans dengan stasiun ambulans di beberapa kecamatan yang sanggup ditempuh dengan waktu 20 menit ke rumah warga.
Dengan jumlah penduduk 200 ribu jiwa ditambah hanya 5.000 jiwa yang berada di garis miskin, lanjut Nurdin, maka penerapan 'telepon 113' ini menjadi lebih gampang dibandingkan kartu sakti Jokowi.
Kendati demikian, Nurdin mengatakan bahwa kartu ini tidak hilang kesaktiannya dalam mengobati beberapa penyakit tertentu,
“Kami akan tetap terapkan, namun digunakan digunakan pada penyakit kronis misalnya harus operasi, karena kalau tidak ada kartu maka mereka (warga Bantaeng) harus bayar,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui Jokowi baru saja mengeluarkan tiga kartu sakti yaitu Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Simpanan Keluarga Sejahtera (SKS).
Ketiga kartu tersebut merupakan program unggulan yang dijanjikan Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada masa kampanye untuk membantu warga Indonesia berpenghasilan rendah.