Jakarta, CNN Indonesia -- Bentrokan antara TNI dan Polri di Batam tak hanya menelan korban dari pihak militer dan kepolisian, tapi juga warga sipil. Berangkat dari keresahan, KontraS melakukan investigasi dan menemukan adanya indikasi bisnis penyelundupan bahan bakar minyak ilegal di belakang bentrok tersebut.
Dalam proses penelusuran, KontraS menemui beberapa warga Batam. Dari sana didapat informasi bahwa beberapa anggota keamanan sering menyelundupkan BBM dengan kendaraan dinas. Ketakutan warga untuk melapor kepada aparat membuat persaingan kedua kubu tempur tak kunjung usai.
"Warga takut melapor. Kalau seperti ini terus, bagaimana mau selesai masalahnya?" ujar anggota KontraS, Haris Azhar, dalam konferensi pers yang diadakan di Kantor KontraS, Jakarta, Senin (24/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guna menanggulangi masalah berkelanjutan ini, KontraS meminta pemerintah untuk lebih serius menangani hal ini. Pasalnya bisnis ini adalah bisnis ilegal yang terstruktur.
"Bisnis ilegal ini sudah terstruktur, tidak bisa hanya dengan tim investigasi dari TNI atau Polri. Harus ada dari KPK, NGO, atau sipil lainnya," tegas Haris.
Selain bisnis penyelundupan BBM, KontraS juga menduga adanya persaingan penimbunan senjata antara TNI dan Polri.
Sebelumnya pada Rabu (19/11) terjadi bentrok di Batam, Kepulauan Riau, yang melibatkan anggota Brimob Polda Kepri dengan anggota TNI batalyon Yonif 134.
Peristiwa tersebut terjadi malam hari saat Markas Komando Brimob ditembaki dari arah luar hingga membuat beberapa bagian Mako Brimob rusak parah. Akibat lain yang ditimbulkan bentrok tersebut adalah tewasnya satu orang anggota TNI yang terkena luka tembak di bagian dada.