PENDAMPING AHOK

Cara Cerdik Ahok Tolak Pilihan Wagub PDIP: Temui Megawati

CNN Indonesia
Jumat, 28 Nov 2014 11:58 WIB
Ketika PDIP makin kencang mengembuskan nama Boy Sadikin sebagai calon wakil gubernur Jakarta, Ahok langsung menemui Megawati. Di sana ia blak-blakan bicara.
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menerima ucapan selamat dari Megawati usai dilantik menjadi Gubernur Jakarta, Rabu (19/11). Ahok kini menolak wakil gubernur pilihan PDIP. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menemui Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Kamis sore (27/11). Pertemuan di kediaman Megawati itu digelar secara tertutup dan tak tercantum dalam agenda Gubernur, sebab masuk kategori pertemuan pribadi, tak ada kaitannya dengan tugas-tugas kegubernuran Ahok –sapaan Basuki.

Meski demikian, pertemuan tersebut bukannya tak berhubungan sama sekali dengan Jakarta. Sebaliknya, justru amat berkaitan dengan masa depan Jakarta. Di rumah Megawati, Ahok membeberkan siapa calon wakil gubernur yang ia pilih, dan kenapa Ahok memilih figur tersebut. (Baca: Ahok Sampaikan Gubernur Pilihannya ke Megawati)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Daerah, kepala daerah berhak untuk memilih wakilnya sendiri. Itulah yang sebenarnya ingin ditegaskan Ahok kepada Megawati. Ia ‘membungkusnya’ dengan halus, lewat ajakan diskusi kepada Mega selaku tokoh senior bangsa yang ia hormati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya dekat secara pribadi dengan Bu Mega, jadi saya minta waktu sama beliau. Wong (Megawati) itu Presiden RI kelima, ketua umum partai. Punya teman ketua umum masa enggak diajak diskusi?” kata Ahok usai pertemuan dengan ketua umum salah satu partai pengusungnya di Pilkada DKI Jakarta 2012 itu.

Pagi hari sebelum Ahok bertemu Megawati, PDIP makin gencar menggaungkan nama Boy Bernardi Sadikin sebagai wakil Ahok. Sekretaris Fraksi PDIP DPRD Jakarta Gembong Warsono bahkan menyatakan Megawati merestui Boy Sadikin sebagai calon wakil gubernur Ahok.

Boy Sadikin bukan nama baru di Jakarta. Dia putra Ali Sadikin –mantan gubernur Jakarta yang fenomenal dan terkenal luas karena berbagai terobosan kebijakan dan keberaniannya dalam memimpin ibu kota. Boy kini menjabat Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDIP Jakarta. Ia pernah duduk sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta.

Sejak awal Jokowi terpilih sebagai Presiden RI –dan dengan demikian harus mundur dari jabatan Gubernur DKI Jakarta, PDIP telah santer menyebut nama Boy Sadikin. Boy dianggap partai banteng itu pantas menduduki jabatan wakil gubernur Jakarta.

“Kita sama-sama dengar di media bahwa mantan sekjen PDIP, Pak Tjahjo Kumolo, mengatakan Bu Mega sudah merestui Boy Sadikin sebagai calon dari PDIP untuk diajukan ke Ahok. Kalau mantan sekjen yang bicara, kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan,” kata Gembong.

Menurut Sekretaris Fraksi PDIP DPRD Jakarta itu, hanya satu nama itu yang muncul dari partainya. Meski demikian, PDIP sadar posisi wakil gubernur menjadi kewenangan Ahok untuk menentukan. “Maka partai tidak melakukan rekrutmen (seleksi), sehingga siapa-siapa (nama calon wagub) yang muncul seolah-olah tertutup. Kalau kami ada rekrutmen, sementara Ahok tidak mau (menerima calon yang kami ajukan), kan malu juga,” ujar Gembong.

Gembong menyatakan PDIP tak berniat untuk mengintervensi hak Ahok dalam memilih wakilnya. “Prinsipnya itu menjadi kewenangan Ahok. Tapi boleh dong kami sebagai partai pengusung menyodorkan nama. Mudah-mudahan yang kami sodorkan cocok dengan Ahok,” kata dia.

Nama Boy Sadikin dipilih PDIP karena sosoknya dipandang sederhana. Selain itu, Boy berjasa kepada PDIP. Di bawah kepemimpinannya, PDIP Jakarta berhasil memenangi Pilkada, Pemilu Legislatif, dan Pemilu Presiden di Jakarta. “Artinya tidak terlalu berlebihan jika partai memberikan hadiah kepadanya,” ujar Gembong.

Tapi soal pengalaman birokrasi, Boy memang belum mumpuni, dan itu disadari PDIP. “Kan bukan hanya itu ukurannya. Dia (Boy) kan mantan Wakil Ketua DPRD, tentu bisa membuat komunikasi (Ahok) dengan DPRD dapat lebih cair,” kata Gembong.

Namun tampaknya komunikasi eksekutif dan legislatif bukan menjadi prioritas Ahok. Kepada Megawati, Ahok mengatakan butuh wakil yang betul-betul punya pengalaman dan teruji di pemerintahan. Dari situ sudah jelas Boy tak masuk hitungan, dan Ahok menolak pilihan PDIP dengan cara cerdik: langsung menemui sang ketua umum partai.

“Bu Mega juga kan enggak ingin saya kerja setengah mati kayak dikawin paksa. Kalian juga enggak mau kan punya suami atau istri yang enggak cocok,” ujar Ahok.

Meski demikian Ahok menegaskan, bukan berarti ia tak suka dengan Boy, sebab hubungan personal keduanya baik. Persoalan Boy di mata Ahok hanya satu: belum pernah berkecimpung di pemerintahan.

“Kalau kamu mau ngukur karakter sejati seseorang, kasih dia kekuasaan. Kalau kamu sudah jadi pejabat, kan ketahuan korupsi atau tidak. Tapi kalau pilih yang belum berkuasa, kamu masih nebak-nebak (karakter dia yang sesungguhnya),” kata Ahok.

Cara lihai Ahok untuk menolak pilihan Megawati pun berbuah manis. Megawati, menurut Ahok, memahami pilihannya. Lagipula, ujar Ahok, pilihan soal wakil gubernur memang berada di tangan dia. Tak perlu minta izin ke siapapun untuk menentukan siapa pendampingnya, termasuk Megawati.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER