Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla tampak terkejut ketika menghadiri acara Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) 2014 di Jakarta, Selasa (2/12). Dalam pidato sambutannya, JK mengungkapkan perasaannya melihat hadirnya sejumlah menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK dalam acara tersebut.
"Baru kali ini saya lihat banyak sekali menteri yang hadir," ujar lelaki kelahiran Watampone, Sulawesi Selatan, tersebut.
Mantan Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) ini kemudian berharap kehadiran menteri dalam acara KNPK bukan semata-mata didasari oleh rasa takut digerayangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). “Saya harap hadir di sini bukan karena takut sama Abraham Samad, kan,” kata Kalla diikuti dengan tawa hadirin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalla menilai ketakutan pada lembaga KPK hanya akan berdampak pada lambatnya pengambilan keputusan, terutama pejabat daerah. “Kalau memang tidak ada kemauan, ya, kenapa takut? Ketika takut maka akan ragu dan jadi lamban mengambil keputusan,” kata dia.
Pada kesempatan yang sama Kalla juga memuji kinerja KPK yang dinilai berkualitas dan efektif memberantas korupsi. “Korupsi itu kejahatan dan ini salah satu masalah utama yang mampu merusak bangsa,” kata dia.
Kalla lantas mengibaratkan korupsi sebagai virus yang sudah lama menggerogoti tubuh masyarakat Indonesia sejak zaman kemerdekaan. "Korupsi itu semacam kanker di negara kita," ucap Kalla. Kalla lantas mencontohkan beberapa negara yang memilikir kadar korupsi rendah, diantaranya Singapura, Norwegia, Skandinavia dan New Zealand.
Meski demikian, Kalla juga menilai KPK masih belum berhasil untuk mencegah orang untuk tidak korupsi. Oleh karena itu, dia meminta agar Abraham dan timnya bekerja lebih keras. “Kejaksaan melaporkan dana yang diselamatkan makin besar tapi di sisi lain ada kegagalan KPK karena belum bisa mencegah orang tidak korupsi,” ujar Kalla.
Sementara itu, Ketua KPK Abraham Samad mengatakan lembaganya sudah mengubah metode pemberantasan korupsi sejak 2011. Menurut pria kelahiran 1966 tersebut, metode yang paling tepat diterapkan di Indonesia yakni kombinasi metode penindakan represif dan preventif atau pencegahan.
Dalam acara tersebut tampak sejumlah menteri hadir diantaranya Menteri Keuangan Bambang Brojonegoro, Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri Perhubungan Ignatius Jonan, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, dan Menteri Agama lukman Hakim Saifuddin.