Jakarta, CNN Indonesia -- Center for Strategic and International Studies (CSIS) memandang proses demokrasi dan regenerasi di partai politik di Indonesia tidak berjalan dengan baik. Kondisi itulah yang menjadi penyebab utama masih banyaknya sosok senior yang berkuasa di partai politik.
"Di partai tidak terjadi proses demokrasi internal. Jarang ada orang di partai yang mau mendidik angkatan muda tanpa mendapatkan apa-apa," kata pengamat politik CSIS J Kristiadi dalam pemaparan hasil survei nasional regenerasi partai politik yang dilakukan oleh Cyrus Network pada Senin (15/12).
Survei yang dilakukan pada 1-7 Desember 2014 lalu itu mengambil total 1.220 responden yang tersebar di 122 desa di 33 provinsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam survei tersebut diketahui bahwa harapan untuk terciptanya regenerasi di internal partai politik di Indonesia cukup besar dalam masyarakat. Belum maksimalnya regenerasi yang berjalan dipandang oleh Kristiadi terjadi karena kuatnya oligarki yang berjalan di partai politik di Indonesia.
"Oligarki di partai sudah sangat kuat. Yang absen adalah niat di elite partai untuk melakukan kaderisasi yang benar," ungkap Kristiadi menyampaikan pandangannya terkait hasil survei Cyrus Network.
Kristiadi mengingatkan seharusnya kaderisasi berjalan baik agar regenerasi dapat dilakukan secara maksimal oleh partai politik. (Baca juga:
Prabowo Bisa Digantikan Fadli Zon)
Dalam pemaparan hasil survei tersebut disebutkan bahwa 80 persen responden menginginkan regenerasi pemimpin partai politik segera dilakukan.
Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi Batupahat menekankan pemimpin sebagai salah satu figur penting dalam partai politik menjadi subjek utama yang perlu diregenerasi. Terlebih untuk para pemimpin di empat partai politik besar di Indonesia, yaitu PDI-P, Golkar, Demokrat, dan Gerindra.
Dalam pemaparan hasil survei Cyrus Network tersebut turut hadir juga beberapa politisi dari tiga partai besar di Indonesia. Mereka yaitu Marzuki Alie dari Partai Demokrat, Indra Jaya Piliang dari Partai Golkar, dan Eva Kusuma Sundari dari PDI Perjuangan.
Marzuki mengatakan pihaknya tidak sepakat atas hasil survei. Menurutnya, yang paling penting pemimpin partai itu mampu atau tidak membangun konsolidasi partai dan mencari figur yang tepat untuk meningkatkan suara partai.