Jakarta, CNN Indonesia -- Rektor Universitas Kristen Indonesia, Maruarar Siahaan, berpendapat salah satu penyebab masuknya pengedar narkotik ke kampus UKI di Cawang, Jakarta Timur, adalah karena terbukanya akses UKI ke permukiman warga.
“Banyak orang luar masuk ke lingkungan kampus dan memakai narkotika di sini. Akibatnya banyak mahasiswa kami yang jadi korban,” kata Maruarar kepada CNN Indonesia, Jumat (19/12).
Menurut Maruarar, dia sudah lama mencurigai penggunaan narkotik di lingkungan kampusnya. Itulah yang membuat UKI menandatangani nota kesepahaman dengan Kepolisian Daerah dan Badan Narkotika Nasional untuk menyisir penggunaan narkotika di wilayah kampus UKI Cawang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami sudah menandatangani perjanjian sejak 9 Desember. Penyisiran pada Kamis kemarin (18/12) merupakan razia pertama dari hasil perjanjian itu,” ujar Sekretaris UKI Lolom Evalita Hutabarat.
“Salah satu titik yang selama ini kami curigai memang permukiman di belakang. Salah satunya
guest house yang disebut Sekretariat Resimen Mahasiswa,” kata Lolom.
Di Sekretariat Menwa itulah petugas dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Polres Jakarta Timur menemukan 2-3 gram ganja, tempat dan alat isap sabu-sabu, dua karung botol bekas minuman keras, satu parang, dan dua samurai.
Maruarar kini berencana menutup akses kampus UKI dengan permukiman untuk mencegah peredaran narkotik di dalam kampus. “Kami akan coba diskusikan dengan pemerintah daerah. Selama ini yang jadi alasan adalah apabila akses ditutup, penduduk sekitar sulit mengakses jalan,” kata dia.
Razia narkotik di kampus UKI digelar Kamis (18/12). Saat ini BNN masih mengusut kepemilikan dan asal ganja yang berada di Sekretariat Menwa UKI itu. Menurut Kepala Humas BNN Sumirat Dwiyanto, peredaran narkotik terjadi di banyak kampus di Jakarta. (Baca:
Pengguna Narkotik Tersebar di 90 Kampus di Jakarta)
Untuk diketahui, hasil penelitian BNN dengan Universitas Indonesia mengungkapkan sebanyak 800 ribu hingga 900 ribu pelajar dan mahasiswa menjadi pecandu narkotika. Jumlah itu 22 persen dari total pencandu narkotik di Indonesia yang mencapai 4 juta orang. Mirisnya, angka pengguna narkotik terus meningkat dari waktu ke waktu.