Jakarta, CNN Indonesia -- Pada 8 Desember lalu, terjadi penembakan terhadap lima orang sipil di Paniai, Papua. Insiden itu bermula sehari sebelumnya pada Ahad, 7 Desember 2014, sekitar pukul 24.00 WIT.
Berdasarkan kronologis yang diperoleh banyak media, Sebuah mobil Toyota Fortuner hitam melintasi perbukitan Togokotu, Kampung Ipakiye, Distrik Paniai Timur dengan kondisi lampu dimatikan. Mobil sonder lampu ini melewati sebuah Posko Natal yang didalamnya ada sejumlah anak muda setempat.
Lalu kawanan anak muda tersebut menegur dan meminta mobil Toyota Fortuner hitam itu menyalahkan lampu mobilnya. Saat itulah terjadi pertengkaran mulut, tapi mobil ini terus jalan ke Posko TIMSUS 753 di Uwibutu.
Kemudian mobil ini kembali ke lokasi Posko Natal bersama teman-temannya, yakni anggota 753 dan melakukan penganiayaan terhadap seorang anak berusia kira-kira 12 tahun yang ada di Posko Natal itu. Pasca penganiayaan itu, rombongan masyarakat Kampung Ipakiye menuju Kota Enarotali untuk meminta penjelasan aparat keamanan ihwal pelaku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun rupanya upaya itu ditanggapi aparat keamanan dengan melakukan penembakan untuk melakukan pembubaran massa. Alhasil dari kepanikan pembubaran massa, empat orang tewas terkena peluru. Mereka adalah Habakuk Degei, Neles Gobai, Bertus Gobai, dan Apinus Gobai. Beberapa orang lainnya luka-luka dan kritis.
Kepada media, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Hafid Abbas, mengaku kesulitan mengungkap kasus penembakan di Paniai, Papua. Sebab, beberapa keluarga korban bersifat tertutup sehingga sulit diakses hingga detik di akhir tahun ini.
Namun desakan tetap disuarakan. Dalam perayaan Natal 2014 lalu, beberapa budayawan, aktivis dan anggota Komnas HAM menyerukan agar Presiden Joko Widodo mau turun tangan mengurus dan menuntaskan kasus Paniai.
Oleh karenanya, diprediksikan kejelasan perkara penembakan di Paniai bakal rampung pada 2015. Komnas HAM serta pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla punya tanggung jawab soal ini.