Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menduga pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang hilang di atas perairan antara Tanjung Pandang dan Pontianak, Minggu pagi (28/12), tak bisa menghindari awan badai kumulonimbus yang menjulang di hadapannya.
“Analisis peneliti sains atmosfer Lapan menguatkan informasi BMKG bahwa di titik lintasan yang dilalui AirAsia ketika hilang kontak, sedang terjadi awan kumulonimbus. Ada indikasi di wilayah itu sedang terjadi hujan lebat,” kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin kepada CNN Indonesia, Senin (29/12).
Wilayah yang dilalui QZ8501 saat itu berawan tebal dengan embusan angin kencang. “Diduga pesawat memasukinya. Kondisi cuaca buruk dan tampaknya tak bisa dihindari AirAsia. Ketika masuk awan kumulonimbus, turbulensi tentu kuat, dan itu tampaknya menjadi salah satu masalah,” ujar Thomas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kondisi seperti itu, kata Thomas, permintaan pilot untuk menaikkan ketinggian pesawat dari 32 ribu kaki ke 38 ribu kaki amat wajar, sebab ia ingin menghindari awan badai. (Baca
BMKG: Awan Kumulonimbus Berbahaya untuk Pesawat).
Masalahnya, keinginan AirAsia untuk naik ke ketinggian 38 ribu kaki tak dapat dikabulkan oleh Air Traffic Controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta, sebab pada saat yang sama di jalur 38 ribu kaki itu, di atas QZ8501, ada pesawat lain yang melintas. Bila AirAsia naik ke ketinggian itu, ada potensi tabrakan dengan pesawat lain. (Baca:
ATC Tak Izinkan AirAsia Naikkan Ketinggian)
QZ8501 hanya diizinkan untuk berbelok ke kiri atau ke kanan untuk menghindari awan kumulonimbus. “Tapi di daerah itu, sebaran awan kumulonimbusnya cukup luas. Tampaknya betul-betul tak bisa dihindari,” kata Thomas.
Thomas membenarkan pesawat dirancang untuk mengatasi kondisi cuaca buruk. Namun banyak faktor yang mungkin bisa mengganggu penerbangan. “Kita tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi karena peristiwa ada di langit,” ujar Thomas. (Baca
Pilot: Banyak Hal Bisa Terjadi dalam Lima Menit)
Saat ini Badan SAR Nasional dan TNI mengerahkan armadanya menuju perairan di sepanjang Selat Karimata, Bangka Belitung, hingga pesisir barat Kalimantan untuk mencari QZ8501 yang telah lebih dari 24 jam hilang. Malaysia dan Singapura juga mengirim kapal-kapalnya untuk membantu pencarian. Operasi pencarian besar-besaran ini dipimpin langsung oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. (Lihat
JK: AirAsia Kemungkinan Besar Kecelakaan)