EVAKUASI AIRASIA

Terhalang Awan Kumulonimbus, Pesawat TNI Mendarat di Halim

Hanna Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 01 Jan 2015 16:02 WIB
Pesawat Boeing AI7303 milik TNI AU yang berangkat dari Pontianak terpaksa mendarat di Halim Perdanakusuma karena dihalangi awan kumulonimbus.
Penerbang TNI AL mencari korban dan serpihan pesawat AirAsia QZ 8501 di atas perairan antara Selat Karimata dan Jawa menggunakan Pesawat Patron Maritim CN 235 TNI AL, Kamis (1/1). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pesawat Boeing AI7303 milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) yang lepas landas pagi ini, Kamis (1/1), terpaksa mendarat di Lapangan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (1/1) pukul 12.37 WIB. Pesawat yang bertolak dari Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, pukul 10.14 WIB itu tak bisa melanjutkan pencarian korban AirAsia QZ 8501 karena terhambat awan kumulonimbus.

Pilot Kapten Mayor (Pnb) Andi Andre bersama Kapten (Pnb) I Kadek Wiliantara, Kopilot Lettu (Pnb) Denta, dan Letda (Pnb) Firman beserta 15 kru ditugaskan menyisir Area 2 pencarian, tapi tak membuahkan hasil.

Pilot Andre menjelaskan lebih detil keadaan di udara. "Ada awan CB (kumulonimbus) tebal sehingga mengganggu pandangan dari ketinggian 5 ribu kaki. Coba turun tidak bisa. Kontak ke tower tidak bisa ke bawah, jadi kami diarahkan mendarat ke Halim," kata Andre.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Andre, dengan kecepatan 30 knot dan dorongan angin kencang yang bergerak dari barat ke timur, pencarian tidak bisa dilanjutkan. "Tidak boleh dipaksakan," ujar Andre.

Kini Andre beserta tim yang berbasis di Pontianak menunggu perintah selanjutnya dari Badan SAR Nasional (Basarnas). Andre dan rekannya dipastikan bakal kembali melakukan pencarian setelah cuaca dipastikan bersahabat.

Hari ini ada tiga pasukan udara yang diterjunkan untuk mencari AirAsia QZ8501. Bernasib sama dengan Boeing AI7303, pesawat CN-295 juga terpaksa kembali ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, karena cuaca tak mendukung.

"Karena cuaca kurang bagus harus kembali sampai keadaan memungkinkan," ujar Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto kepada awak media di Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Di udara, tersisa tim pencari bantuan dari Korea Selatan menggunakan P3C Orion yang membawa detektor metal. Pesawat ini masih mungkin melakukan misi karena beberapa alasan.

Pertama, kata Hadi, karena P3C Orion menddapat wilayah selatan dengan radial 227 derajat di barat daya dengan cuaca baik. Kedua, pesawat Korea Selatan itu memiliki ketinggian jelajah di atas 10 ribu kaki. "Kondisi awan bisa dilalui di ketinggian tersebut," ujar Hadi.

Menurut pemaparan Hadi, pesawat Orion ini akan mengudara selama tujuh jam dengan rincian dua jam untuk perjalanan dan lima jam pencarian. (rdk/sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER