Jakarta, CNN Indonesia -- Pakar farmasi Iwan Dwi Harsono menilai obat yang dikonsumsi Pilot AirAsia QZ7510 berinisial FI, mengandung pseudoephedrine. Pseudoephedrine memiliki kesamaan sumber molekul dengan ekstaksi jenis morfin. Selain itu, pseudoephedrine dapat menimbulkan efek samping halusinasi bagi penggunanya.
Sebelumnya, CEO AirAsia Sunu Widyatmoko mengonfirmasi dalam pemeriksaan, urin pilot FI positif mengandung morfin. Sunu menambahkan FI sebelumnya juga mengonsumsi obat actifed dan cairan infus saat dirawat di rumah sakit. FI saat itu terserang tifus dan flu.
"Jadi actifed itu kan isinya tripolidine dan pseudoephedrine. Tripolidine tidak berpengaruh dan tidak masalah, kalau pseudoephedrine bisa berpengaruh pada sistem saraf pusat," ujar Iwan ketika dihubungi CNN Indonesia, Kamis (1/1).
Selain itu, Iwan menambahkan, apabila pseudoephedrine dikonsumsi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan detak jantung lebih cepat, meningkatkan tekanan darah, dan menyebabkan insomnia atau gejala susah tidur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau seseorang mengonsumsinya dalam dosis besar atau kumulatif maka mungkin pada siatuasi yang ekstrim artinya kelelahan, maka kemudian obat itu bisa menyebabkan pingsan," ujar Iwan.
Sementara itu, kandungan pseudoephedrine dapat bertahan selama 24 hingga 36 jam sejak dikonsumsi dengan kadar pemakaian sebanyak 60 mg. "Bisa saja sehari minum dua kali," ujarnya.
Apabila obat tersebut dikonsumsi berulangkali, maka akan lebih lama terkandung dalam darah dan urin. "Maka sejak dia berhenti (mengonsumsi), tiga hari kemudian masih ditemukan di dalam darah," katanya.
Sebelumnya, Tim Balai Kesehatan Penerbangan dan Tim Direktorat Kelaikan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan menggelar tes pemeriksaan urin kepada pilot. Tes dilakukan di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Kamis (1/1). Hasil tes menunjukkan FI yang saat itu baru saja menerbangkan pesawat dari Jakarta menuju Bali, positif mengonsumsi narkoba.
(sip)