Pangkalan Bun, CNN Indonesia -- Tim
Disaster Victim Identification (DVI) meminta tim evakuasi berhati-hati mengangkat jenazah yang ditemukan di perairan. Soalnya, jasad di dalam laut akan mengalami proses pembusukan sangat cepat.
Direktur DVI Mabes Polri Komisaris Polisi Anton Castelano mengatakan, ketika jenazah tenggelam, jasad akan membengkak terisi kandungan nitrogen di bawah laut.
"Ibarat balon yang diisi gas, pada hari ketiga biasanya jenazah akan naik ke atas dan mengambang di permukaan laut," kata Anton di Lanud Iskandar Pangkalan Bun, Jumat (2/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah terapung dan terombang-ambing di permukaan laut, lanjut Anton, jenazah kembali tenggelam ke dasar laut. Pada titik ini, jenazah rentan rapuh jasadnya. Jika telah lewat satu pekan, jasad akan berada dalam kondisi tertentu.
Untuk itu, tambah Anton, dibutuhkan upaya yang ekstra hati-hati dalam menyelamatkan jenazah yang sudah melewati hari pembusukan. Jika tidak, jasad korban rentan hancur atau pulang dengan kondisi yang tidak lagi utuh. "Semoga itu tidak terjadi," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Komandan Tim Kopaska Teluk Kumai Kapten Laut (P) Danden SatKopaska Edy Tirtayasa memahami situasi itu. Selama 21 tahun bergabung dengan Kopaska, tak terhitung penyelamatan evakuasi di bawah air laut yang telah dia lakukan.
Edy membenarkan bahwa ketika jenazah tenggelam selama lebih dari sepekan, jasad rentan terkoyak. Kendala lain, kondisi dasar laut di lokasi pencarian saat ini disinyalir bakal berlumpur akibat pasir lembut, efek dari sedimentasi yang dibawa arus utara.
"Kemungkinan besar di bawah sana kami akan mengalami
zero visibility," ujar Edy.
Jarak pandang yang pekat di dasar laut menjadi tantangan bagi regu penyelam. Edy memprediksi banyak kemungkinan dari posisi jenazah yang, sekiranya, masih tersangkut di dalam badan pesawat.
Menurut Edy, jenazah di dalam pesawat bisa dalam posisi masih duduk dengan kondisi mengenakan sabuk pengaman; duduk dengan posisi membungkuk; dan terlepas dari sabuk pengaman namun masih tersangkut di dalam pesawat.
"Dengan kondisi gelap, kami tentu harus meraba-raba. Selain itu serpihan pesawat akan sangat membahayakan. Di bawah tekanan kedalaman laut, serpihan besi setumpul apapun akan lebih tajam dari silet," kata Edy.
Teknik pengambilan jenazah tidak sembarangan. Edy menjelaskan, cara terbaik mengevakuasi jenazah yang rentan adalah dengan memeluk badan korban dengan lembut, atau menarik kerah baju belakang.
Satu-satunya cara evakuasi bawah laut yang paling memungkinkan untuk menarik jasad ke permukaan, Edy menambahkan, adalah dengan memanfaatkan peralatan
floating bag. Jasad yang sudah dikeluarkan dari badan pesawat lantas dimasukkan ke dalam keranjang sebelum ditarik oleh balon yang sudah mengembang.
Saat balon muncul di permukaan, evakuasi dilakukan oleh tim kapal laut.
Kini pencarian telah memasuki hari keenam. Edy tak ingin berandai-andai menerka kondisi jenazah. Dia hanya berharap alat-alat canggih yang sudah dioperasikan bisa segera membuahkan hasil. "Mari kita bedoa agar mereka segera bisa diselamatkan," ujarnya.
(rdk/nez)