Pangkalan Bun, CNN Indonesia -- Sejak sepuluh hari lalu, warga Surabaya seakan sedang dirundung duka, setelah kehilangan ratusan warganya bersama jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501.
Kedatangan jenazah para penumpang setiap hari, masih memicu histeris dari pihak keluarga yang menanti kepulangan handai tolannya di Rumah Sakit Bhayangkara.
 Doa dikirimkan warga Kumai untuk kemudahan pencarian jenazah penumpang pesawat AirAsia QZ 8501. (CNN Indonesia/Gilang Fauzi) |
Tak hanya di Surabaya, musibah kecelakaan pesawat AirAsia ini ternyata juga menyibak lara hati masyarakat Pelabuhan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Insiden Minggu (28/12) pagi di perairan Kumai memang sangat memilukan.
Bukan hanya karena menelan korban tewas hingga 162 orang yang akan berlibur ke Negeri Singa, namun kata Kumai, yang diambil dari bahasa Bugis yang berarti 'Kembali ke Pangkuanku' seakan memastikan ratusan orang di pesawat AirAsia itu telah kembali ke pangkuan Sang Pencipta.
Dua hari setelah pesawat maskapai milik negeri Jiran dan Indonesia itu dinyatakan hilang, masyarakat di sana terus menyaksikan kesibukan petugas yang hilir-mudik mengevakuasi jenazah di wilayahnya.
Area darat, laut dan udara menjadi jalur yang dilalui oleh armada evakuasi. Kapal, pesawat dan ambulans keluar masuk di wilayah ini. Sungkawa pun menyentuh sanubari warga.
Sebagai bentuk penghormatan sekaligus duka, masyarakat Pangkalan Bun pun menggelar doa bersama.
Mereka mencurahkan lara untuk penumpang pesawat ataupun keluarganya, dengan memanjatkan harapan agar korban segera ditemukan dan keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan.
Di Masjid Agung Riyadlush Shalihin, umat Muslim menggelar salat hajat selepas magrib, Senin (4/1). Mereka memohon kepada sang pemilik alam, agar proses pencarian jenazah diberikan kelancaran.
Ketua MUI Kotawaringin Barat, Haji Chabib, kala itu memimpin doa bersama. Sepanjang 83 ayat Surat Yasin menjadi pengiring doa untuk ketenangan para penumpang pesawat.
Tak hanya kaum muslim di Kumai, selepas Isya, giliran umat Nasrani yang memanjatkan doa di Aula Antakusuma.
Dalam kekhidmatan dan temaram cahaya-cahaya lilin, jamaat pun meneterskan air mata kala Pendet Petrus Kalambe memimpin doa.
Selain melakukan doa bersama, bentuk kepedulian masyarakat Kumai juga diberikan oleh 17 organisasi gereja yang mengumpulkan uang bantuan sekadarnya.
Saat itu, uang bantuan senilai Rp 8.1 juta diserahkan kepada Bupati Kotawaringin Barat, Ujang Iskandar.
"Ini duka kita bersama. Tapi musibah ini tidak hanya kami lihat di layar kaca. Mereka ada di sekitar kami," kata Ujang, Senin malam.
(meg/yns)