Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia Police Watch (IPW) meminta Polri segera menangkap gembong teroris Santoso alias Abu Wardah alias Pak De. Pasalnya beberapa anak buah Santoso sudah ditangkap. Salah satunya adalah Imran alias Legenda yang pernah menyembunyikan Santoso.
"Polri harusnya bisa segera menangkap Santoso," kata Neta dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (13/1). Imran ditangkap kemarin (12/1) di Desa Tabalu, Mapane, Kota Poso, Sulawesi Tengah.
Penangkapan Santoso, menurut Neta, dapat segera dilakukan karena Imran adalah tokoh yang pernah menyembunyikan pemimpin kelompok teroris itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imran sendiri ditangkap oleh pasukan gabungan dari Polda Sulawesi Tenggara dan Detasemen Khusus 88 Antiteror di rumahnya, Desa Tabalu, Mapane, Kabupatan Poso. Dengan tertangkapnya Santoso, Neta menilai aksi terorisme di Indonesia bisa ditekan.
Santoso adalah pemimpin penyerbuan dan pembunuhan terhadap tiga polisi di BCA Palu pada 25 Mei 2011. Selain itu Santoso melakukan delapan kali penyerangan kepada polisi pada 2012 dan menjadi aktor
aksi bom bunuh diri di Polres Poso pada 3 Juni 2013. Anggota kelompok teroris ini juga sempat menyebar ke Pulau Jawa, khususnya Jakarta.
Santoso selalu diklaim Polri sebagai pemimpin kelompok teroris yang anggotanya telah ditangkap. Nama Santoso adalah satu dari tujuh buronan teror yang paling dicari pada tahun 2011. Santoso dikenal juga dengan nama Santo dan Abu Wardah.
Selain Santoso, nama lain yang paling dicari polisi tahun 2011 adalah Taufik Bulaga alias Upik Lawanga, Yadi Al Hasan alias Abu Fatih alias Vijay, Nanang Irawan alias Nang Ndut, Umar alias Bujang alias Dede alias Rosi, Cahya alias Ramzan, dan Imam Rasyidi alias Imam Sukanto alias Harun alias Yasir.
Yadi Al Hasan alias Abu Fatih alias Vijay telah ditangkap di Cirebon. Pimpinan Kelompok Tauhid Wal Jihad ini adalah dalang bom bunuh diri di Polres Cirebon dan bom Gereja Solo. Nama lain yakni Nanang Ndut juga berhasil ditangkap pada Oktober 2011 setelah berhasil merakit bom yang meledak di Polres Cirebon.
Santoso dan empat orang yang belum tertangkap sangat berbahaya karena ahli dalam merakit bom dan merekrut orang.
Neta melanjutkan, sepak terjang kelompok Santoso belakangan ini berhubungan dengan manuver Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang semakin banyak mendapatkan dukungan di Indonesia. Karena itu, penting sekali untuk menangkap Santoso untuk mencegah perkembangan paham ISIS agar tidak meluas.
"IPW berharap dengan tertangkapnya Santoso mata rantai radikalisme dan terorisme lokal dengan ISIS bisa diputus, sehingga di 2015 Indonesia aman dari aksi teroris," kata Neta.
IPW mengapresiasi tindakan Polri yang dinilai berhasil menekan aksi teror kelompok Santoso selama ini, terutama penangkapan yang baru dilakukan akhir pekan kemarin.
Sebelumnya, Polri menangkap tujuh terduga teroris di berbagai tempat dalam rentang tiga hari sampai Senin (12/1). Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Komisaris Besar Polisi Agus Rianto, tujuh orang itu adalah anggota Kelompok Santoso.
Agus menyatakan, perkembangan pemeriksaan terhadap para terduga teroris itu dapat dilihat setelah delapan hari dilakukan pemeriksaan. "Sampai sekarang belum ada perkembangan," kata Agus di Mabes Polri, Selasa (13/1).
(sur)