EVAKUASI AIRASIA

Kepala Basarnas: Kerja Keras Demi Kemanusiaan

Lalu Rahadian | CNN Indonesia
Sabtu, 17 Jan 2015 06:49 WIB
"Kalau di Basarnas justru saya lebih puas karena berhubungan masyarakat langsung. Di TNI berhubungan dengan prajurit yang homogen," kata Bambang Soelistyo.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsdya TNI FHB Soelistyo ketika menyampaikan perkembangan hari ke-13 musibah pesawat AirAsia QZ8501 di kantor Basarnas, Jakarta, Jumat, (8/1). (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir tidak ada waktu istirahat bagi anggota tim SAR Indonesia yang menjalankan operasi pencarian dan evakuasi AirAsia QZ8501 di lapangan. 

Tugas menjaga dan mencari korban selama 24 jam menjadi kewajiban setiap anggota tim operasi gabungan yang terdiri dari personel Basarnas, Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan Kepolisian.

Kewajiban untuk memantau jalannya operasi juga dimiliki oleh Kepala Basarnas, Marsekal Madya F.H. Bambang Soelistyo, sejak hari pertama musibah terjadi. Pria kelahiran Yogyakarta 57 tahun silam itu bahkan hampir tidak pernah meninggalkan kantornya yang terletak di Jalan Angkasa Blok B.15 Kav 2-3, Kemayoran, Jakarta, sejak operasi berlangsung Minggu (28/12) lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pulang ke rumah sekali hanya tiga jam pada hari ke-17 operasi. Pulang buat nengok keluarga pada jam 23.30 malam, berangkat lagi jam 05.00 pagi sudah sampai kantor," ujar Soelistyo diwawancarai khusus oleh CNN Indonesia di kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Sejak hari pertama musibah terjadi, Soelistyo ditemani oleh Deputi Operasi Basarnas, Tatang Zainudin, dan Direktur Sarana dan Prasarana Basarnas, Rudy Hendro Satmoko menjaga jalannya operasi selama 24 jam dari Command Centre di Kantor Pusat Basarnas. 

Ketiga petinggi Basarnas tersebut bahkan tidur di ruang kantornya masing-masing selama ini. Interaksi dengan keluargapun menjadi berkurang karena kewajiban yang mereka emban sebagai tim inti operasi evakuasi dan pencarian korban.

Berkurangnya interaksi dengan keluarga pada akhirnya menimbulkan rasa rindu dalam diri Soelistyo. Ia mengatakan, sebagai manusia biasa rasa rindu muncul karena telah berhari-hari tidak pulang ke rumah sebelum hari ke-17 operasi beberapa saat lalu. 

Walaupun jarang pulang ke rumahnya di Kompleks TNI AU Halim Perdanakusuma, beruntung kakek dari satu cucu tersebut telah beberapa kali dikunjungi oleh keluarganya sejak operasi gabungan berlangsung di akhir 2014 lalu.

"Kangen pasti ya karena saya, kan, manusia juga. Dalam seminggu itu pasti ada istri sore nengok sama anak dan cucu. Mereka baru datang setelah hari ke-9 operasi. Sebelumnya ga pernah dateng," kata Soelistyo dengan sesekali melemparkan senyumnya.

Musibah yang kerap terjadi sepanjang akhir 2014 lalu cukup menyita tenaga dan waktu yang dimiliki Soelistyo. Sepanjang Desember 2014 lalu terdapat tiga musibah besar yang terjadi di Indonesia. Peristiwa tanah longsor di Banjarnegara, diikuti dengan banjir besar di Bandung, dan jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 menjadi beberapa musibah besar yang terjadi dalam waktu berdekatan di akhir tahun lalu.

"Waktu kejadian itu (Longsor, banjir, dan musibah pesawat) berurutan semua. Saya jaga semua itu. Ya itulah resiko dan konsekuensi dari jabatan sebagai kepala Basarnas," ujar Soelistyo sambil tertawa.

Tidak pernah ada rasa lelah maupun sakit yang dirasakan oleh Soelistyo selama menangani runtutan musibah sejak Desember 2014 lalu. Menurutnya, fokus pada pekerjaan menjadi kunci rahasia kesehatan Soelistyo tetap terjaga sampai saat ini. "Selama kita fokus pada kegiatan yang kita lakukan, kesehatan itu bisa terjaga karena batin tidak terganggu," ujar Soelistyo dengan santai.

Menjaga Perasaan Keluarga Korban

Sejak hari pertama operasi gabungan AirAsia QZ8501 berlangsung, Soelistyo menjalankan koordinasi dengan selalu memperhatikan kondisi keluarga korban musibah tersebut. Ia mengakui selama ini tidak bisa terburu-buru mengeluarkan pernyataan terkaitr operasi agar tidak ada kebingungan informasi yang diterima pihak keluarga korban.

"Kasihan,kan, keluarga korban kalau menerima banyak informasi yang salah. Mereka selalu monitor dari detik ke detik apa yang Basarnas dan tim gabungan lakukan, loh. Kalau sampai salah menyampaikan bisa fatal kepada mereka," ujar bapak dari dua anak itu.

Mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional itu selalu memposisikan dirinya sebagai bagian dari keluarga korban musibah QZ8501. Ia bisa memahami bagaimana perasaan keluarga yang hingga saat ini saudaranya belum ditemukan atau diidentifikasi keberadaannya oleh tim operasi gabungan di lapangan. Tingginya harapan keluarga untuk menemukan jenazah korban menjadi alasan baginya untuk terus melanjutkan operasi pencarian dan evakuasi hingga hari ini.

Bagi pria yang menjabat sebagai Kepala Basarnas sejak April 2014 ini, pelaksanaan tugas di Basarnas harus dilakukan dengan fokus dan perasaan yang peka terhadap masyarakat. Apalagi Basarnas memiliki tugas utama untuk melakukan pertolongan dan penyelamatan terhadap korban musibah yang terjadi di Indonesia.

Basarnas Bukan Cita-Cita Khusus

Soelistyo sejak awal tidak memiliki cita-cita khusus untuk masuk ke Basarnas. Namun, dirinya mengatakan siap untuk ditugaskan dimana saja sejak lulus dari Akademi Angkatan Udara Tahun 1982 silam. Ia juga mengatakan kesenangannya ditugaskan di Basarnas karena dapat berinteraksi dengan masyarakat secara lebih dekat.

"Kalau di sini (Basarnas) justru saya lebih puas karena berhubungan dengan masyarakat langsung. Kalau di TNI banyak kita berhubungan dengan prajurit-prajurit yang sifatnya lebih homogen kan. Kalau di Basarnas sifatnya heterogen dan yang kita layani rakyat langsung. Sehingga saya lebih banyak bisa komunikasi dengan mereka," ujar Soelistyo.

Walaupun menikmati pekerjaannya di Basarnas, namun Soelistyo mengakui tantangan pekerjaan di instansi tersebut sangat tinggi. Dirinya dituntut harus siap siaga selama 24 jam untuk menangani musibah yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Baginya, tidak ada waktu istirahat yang baku selama menjadi Kepala Basarnas.

"Kalau di Basarnas itu harus setiap saat siaga. Kejadian-kejadian itu kan tidak bisa diprediksi kapan dan di mana saja bisa terjadi. Pernah,loh, saya lagi olahraga tiba-tiba ada laporan kapal bocor, mati mesin di tengah laut, terpaksa saya kroscek langsung, kan. Pernah juga jam 01.00 malam dilaporin dari radio pantai bahwa ada nelayan hilang kontak tak pulang-pulang. Lha, saya harus langsung kroscek itu," ujar Soelistyo dengan ekspresi yang menggebu-gebu.

Soelistyo berharap operasi yang dilakukan Basarnas kali ini mampu mewujudkan harapan keluarga korban musibah QZ8501. Ia mengatakan, dirinya telah siap untuk sewaktu-waktu menutup operasi gabungan jika sudah tiba saatnya. Namun, Soelistyo menjanjikan akan terus mencari korban melalui operasi harian demi menjaga asa dan harapan keluarga korban QZ8501.

Jika nantinya operasi gabungan telah ditutup, ayah dari dua anak itu akan segera pulang untuk bertemu dengan anak, istri, dan cucunya. "Pasti langsung pulang karena itu kewajiban saya sebagai ayah dan suami bagi keluarga," ucap Soelistyo sambil tersenyum. (utd/obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER