Mantan Pimpinan ICAC Beruntung Lahir di Negeri Terkorup

Gilang Fauzi | CNN Indonesia
Rabu, 11 Feb 2015 19:49 WIB
Pada dekade 1950-60an, korupsi di Hong Kong terbilang akut dan menggerogoti hampir semua lini. Bukan hanya di pemerintahan, tetapi di jalanan terjadi korupsi.
Mantan Pimpinan ICAC Tony Kwok (kedua kiri) dan Komisioner KPK Bambang Widjojanto saat menggelar diskusi di gelaran Anti Corruption Festival di Kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (11/2). (CNN Indonesia/Gilang Fauzi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan pimpinan lembaga antikorupsi Hong Kong, Independent Commissions Against Corruption (ICAC), Tony Kwok Man Wai mengaku beruntung lantaran lahir di negeri paling korup pada masanya. Menurut Tony, pada dekade 1950-60an, korupsi di Hong Kong terbilang akut dan menggerogoti hampir semua lini.

"Sampai ada istilah, korupsi di negeri kami terjadi sejak seseorang berada di dalam rahim orang tua hingga uzur dimakan usia," ujar Tony saat berbincang di gelaran diakusi Anti-Crruption Film Festival di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (11/2).

Tony merasa beruntung karena turut bereperan dalam pemberantasan korupsi di negerinya. Sejak ICAC berdiri pada 1974, Tony telah bergabung sebagai bagian dari anggotanya dan menghabiskan 27 tahun masa hidupnya dengan mendesikasikan diri di sana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi saya beruntung karena bisa menjadi saksi hidup yang melihat langsung negerinya bertransformasi dari negara terkorup menjadi negara yang terbebas dari korupsi," ujar Tony.

Tony menilai fenomena korupsi pada dekade 1960-an di Hong Kong lebih serius dibandingkan dengan yang terjadi di Indonesia saat ini. Tak hanya di level pejabat, korupsi pun merajalela di jalanan.

Sebagai contoh betapa parahnya korupsi di Hong Kong kala itu, lanjut Tony, polisi lalu lintas terang-terangan melakukan suap secara terorganisir. Kala itu pihak kepolisian memproduksi stiker yang diperjualbelikan kepada para pengguna lalu lintas.

Stiker dijual seharga tiga dolar Hongkong dan merupakan simbol yang menjadi semacam "kartu sakti". Supir-supir yang membeli stiker kebanyakan pengemudi truk besar dan taksi.

Mereka yang menempelkan stiker di kendaraannya bebas untuk melakukan pelanggaran apa saja. Polisi tidak akan menilang meski mereka melanggar rambu lalu lintas, ngebut, ataupun parkir sembarangan.

"Ini luar biasa. Tapi percayalah, sesulit apapun pemberantasan korupsi itu bisa terwujud dengan dukungan dari rakyat dan pemerintah," ujar Tony. (rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER