Jakarta, CNN Indonesia -- Provinsi DKI Jakarta memasuki puncak musim penghujan pada bulan Februari ini dan menyebabkan banjir berimbas ke belasan ribu warga. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) masih memprediksikan hujan akan memasuki masa puncak pada beberapa hari mendatang. Oleh karena itu, warga diimbau untuk waspada akan penyakit-penyakit yang bisa muncul akibat banjir dan musim hujan.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan H.M Subuh mengatakan pada saat hujan kondisi lingkungan berubah dan menyebabkan sistem sanitasi menjadi buruk. Akibat buruknya sanitasi, akan terjadi kekurangan air dan pengolahan makanan yang buruk. "Penyakit yang mungkin muncul dari kondisi ini adalah Diare dan Hepatitis A. Harus waspada terutama yang di pengungsian," kata Subuh kepada CNN Indonesia, Kamis (12/2).
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, jumlah warga yang terkena imbas banjir mencapai 56.883 jiwa dengan pengungsi sebanyak 13.728 tersebar di 117 titik pengungsian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski pada Kamis (12/2) ini banjir telah surut, namun pihak Kemenkes terus memeringatkan warga DKI Jakarta agar tetap meningkatkan penjagaan kesehatan terutama pada musim hujan.
"BMKG bilang akan ada mob dan curah hujan besar beberapa hari mendatang. Yang pertama warga mesti lakukan adalah menjaga kesehatan sendiri dengan perilaku bersih dan sehat dengan rajin mencuci tangan serta mengonsumsi gizi seimbang," kata dia.
Lebih jauh lagi, Subuh mengatakan saat ini pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga terutama yang berada di pengungsian. "Kalau ada yang butuh bantuan pengolahan air bersih bisa dipinjamkan. Dinas Kesehatan tinggal lapor saja ke kami. Kecuali kalau keadaan gawat darurat kami pasti akan langsung kirimkan," kata dia.
Sementara itu secara terpisah, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan banjir pada Senin (9/2) hingga Rabu (11/2) lalu telah menyebabkan kerugian materil diperkirakan mencapai Rp 1 triliun. Angka tersebut disebabkan oleh lumpuhnya aktivitas ekonomi di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat.
"Kerugiannya lebih kepada kerugian ekonomi. Kalau kerusakan tidak banyak," kata dia.
(utd)