Jumlah Tenaga Kesehatan Dinilai Masih Jauh dari Ideal

Lalu Rahadian | CNN Indonesia
Kamis, 12 Feb 2015 17:21 WIB
Ketua Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan, Usman Chatib Warsa, mengatakan rasio tenaga kesehatan terlalu jauh dengan jumlah penduduk.
Warga memeriksakan kesehatannya di Puskesmas Bukit Duri, Jakarta, Kamis 30 Oktober 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki Indonesia diakui masih sangat minim jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PT Kes), Usman Chatib Warsa di Jakarta, Kamis (12/2).

Usman mengatakan rasio dokter dengan penduduk Indonesia masih terlalu jauh. Oleh karena itu, pemerintah diminta untuk terus mengupayakan peningkatan jumlah tenaga kesehatan.

"Rasio dokter dengan penduduk Indonesia, kalau tidak salah data dari Depkes, masih 1 banding 4.000 penduduk. Jadi, kita harus menekan terus. Negara maju itu rasionya bisa sampai kurang lebih 1 banding 1.000 penduduk ke bawah," kata Chatib ditemui selepas menghadiri acara peluncuran LAM-PT Kes di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta, Kamis (12/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data dari SDM Kesehatan Kemenkes, jumlah tenaga kesehatan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun, setahun terakhir, peningkatannya tidak signifikan.

Pada tahun 2014 jumlah tenaga kesehatan yang terdiri atas dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, kefarmasian, dan lain-lainnya mencapai 891.897. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya, yakni sebesar 877.098. Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia menurut data dari Biro Pusat Statistik sekitar 250 juta jiwa pada 2014.

Selain kuantitas yang terbatas, persebaran tenaga kesehatan di Indonesia juga dikatakan Chatib belum merata. Data Kemenkes menunjukkan pada 2014, sebanyak 48 persen tenaga kesehatan terbanyak terpusat di pulau Jawa dan Bali dengan jumlah 435.877 orang.

Sementara itu, di daerah seperti Papua, yang jumlah penduduknya termasuk banyak, jumlah tenaga kesehatan hanya mencapai 2 persen dengan jumlah 18.332 orang, atau kedua sedikit diantara wilayah lainnya di Indonesia. Kepulauan Maluku menyusul dengan tenaga kesehatan paling sedikit dengan jumlah hanya 15.947 orang, atau 1 persen dari total keseluruhan tenaga kesehatan di Indonesia.

"Hal ini juga diikuti dengan rendahnya kualitas mereka dalam menjalankan tugas sebagai pelayan kesehatan masyarakat," ujar dia.

Untuk membantu Pemerintah dalam mengatasi persoalan tersebut maka Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PT Kes) lahir pada awal tahun ini. Chatib mengatakan peran masyarakat dalam kelahiran lembaga akreditasi diharap mampu mengurangi kesenjangan kuantitas dan kualitas tenaga pendidikan di Indonesia.

"Sekarang mungkin di Jakarta (tenaga kesehatan) padat, di Pulau Jawa padat, tapi di daerah? Jadi memang perlu lagi adanya penempatan tenaga kesehatan di daerah lain. Dengan adanya akreditasi mudah-mudahan pendidikan kesehatan di daerah maju sehingga mereka bisa produk tenaga-tenaga yang berkualitas dan mereka bisa bantu di daerah," ujar Chatib melanjutkan.

Menurut Chatib, rendahnya kualitas tenaga kesehatan di Indonesia disebabkan, salah satunya, karena minimnya fasilitas pendidikan kesehatan yang dimiliki beberapa perguruan tinggi selama ini. Padahal, pemenuhan fasilitas pendidikan kesehatan diyakini akan berdampak pada meningkatnya kualitas tenaga kesehatan yang muncul.

"Kami prihatin karena ternyata banyak lulusan-lulusan yang kompetensinya tidak sesuai dengan harapan. Itu disebabkan karena fasilitas pendidikannya kurang. Dengan adanya bantuan masyarakat ini (LAM-PT) diharapkan semua program studi nanti dapat terakreditasi dengan baik," ujar Chatib.

Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, mengatakan kehadiran LAM-PT Kes diyakini mampu memberikan kontribusi terhadap pemerataan sebaran tenaga kesehatan di Indonesia. Mantan Dekan di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro itu berharap setiap kecamatan di Indonesia kedepannya memiliki tenaga medis yang cukup untuk melayani masyarakatnya masing-masing.

"Kami inginnya dokter di semua Kecamatan di Indonesia dapat terpenuhi sampai layanan primer internis, bedah, anak, dan kandungan itu harus ada. Sekarang kan hampir semua di Indonesia itu belum ada," jelas Nasir. "Kehadiran LAM-PT Kes nanti akan mengukur kualitasnya (tenaga kesehatan). Sedangkan Perguruan Tinggi yang akan menambah jumlah tenaganya." (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER