Pilih Kepala BIN, Jokowi Diminta Jangan Ulangi Kesalahan

Lalu Rahadian | CNN Indonesia
Senin, 23 Feb 2015 16:27 WIB
Berkaca pada pemilihan Kapolri, Presiden Jokowi diharapkan mampu memberikan pilihan kepala institusi negara yang tidak menimbulkan polemik dan kegaduhan.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman (kiri) ketika menerima kunjungan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi (kanan) di Kantor Pusat BIN, Jakarta, Selasa (16/12). (Antara Foto/HO/Humas KemenPAN RB)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta untuk berhati-hati dalam memilih Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang baru. Direktur Program Imparsial Al Araf mengatakan Presiden harus mendengarkan pendapat dan pandangan publik dalam menentukan kepala salah satu lembaga strategis negara tersebut.

"Jokowi jangan terjerumus lagi dalam kesalahan pemilihan pemimpin institusi yang merupakan bagian dari representasi publik. Yang penting bagi Presiden adalah mendengarkan suara publik agar menjadi pertimbangan dalam menentukan Kepala BIN yang baru," ujar Al Araf di Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta, Senin (23/2).

Jika dalam pemilihan Kepala BIN nanti kontroversi kembali muncul, dikhawatirkan pemerintahan di bawah pimpinan Jokowi tidak stabil kedepannya. Apalagi, tahun ini pemilihan Panglima Tentara Nasional Indonesia yang baru juga akan dilakukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Al Araf membandingan pemilihan Kepala BIN dengan pencalonan Kapolri yang baru dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Menurutnya, Presiden harus belajar dari kesalahan saat melakukan proses pencalonan Kapolri yang sempat memicu kontroversi di tengah masyarakat luas.

"Hari ini Presiden harus berpikir lagi agar pergantian kepala BIN tidak lagi menjadi kontroversi melelahkan seperti kemarin (pencalonan Kapolri). Ini harus menjadi catatan bagi Jokowi dan segenap partai pendukungnya. Kalau terus ribut saya tidak tahu pemerintahan ini akan stabil atau tidak kedepannya," ujar Araf menjelaskan.

Peringatan yang diberikan Al Araf sengaja disampaikan sebelum pemilihan Kepala BIN dilakukan oleh Presiden. Ia berharap agar kesalahan tidak lagi dilakukan Presiden, seperti apa yang terjadi saat pencalonan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon Kapolri beberapa minggu lalu.

"Peringatan ini sengaja kami sampaikan sebelum pemilihan (Kepala BIN) dilakukan. Jika terlambat, kami khawatir kontroversi kembali muncul. Apalagi jika Jokowi kembali secara tiba-tiba mengumumkan pencalonan Kepala BIN seperti Kapolri kemarin," kata Araf. (pit/obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER