Pengamanan Ketat Pengaruhi Psikologis Keluarga dan Terpidana

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Rabu, 04 Mar 2015 10:08 WIB
"Saya melihat ada kelakuan yang menimbulkan ketegangan dan ketersiksaan bagi Andrew Chan, Sukumaran dan keluarga," kata kuasa hukum Todung Mulya Lubis.
Todu
Jakarta, CNN Indonesia -- Dua terpidana mati asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, telah dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Besi Nusakambangan dengan pengamanan ketat baik dari Brimob dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pengamanan tersebut dinilai kuasa hukum keduanya, Todung Mulya Lubis, bisa menimbulkan ketegangan, kegelisahan dan ketersiksaan di diri terpidana dan keluarganya.

"Saya melihat seolah-olah ada kelakuan yang menimbulkan ketegangan yang sebenarnya sudah menjadi semacam ketersiksaan buat semuanya, termasuk terpidana dan keluarganya," kata Todung Mulya Lubis saat dihubungi CNN Indonesia, Rabu (4/3) pagi.

Saat dibawa ke Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pemerintah mengerahkan 22 pasukan brimob dan operasi khusus dari TNI untuk menjaga pemindahan kedua terpidana dari Lapas Kerobokan, Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Todung menilai tindakan tersebut dilakukan pemerintah hanya untuk memberikan kesan seolah-olah terdapat kehebohan yang luar biasa. "Saya tidak tahu maksud pemerintah apakah memang untuk pengamanan ataukah ada tujuan lain. Ada kesan seolah-olah ini kehebohan luar biasa."

Lebih jauh lagi, Todung berpendapat semestinya pengamanan pemindahan dua terpidana mati narkoba asal Australia tidak perlu seheboh itu. Sikap tersebut selain berpengaruh secara psikologis bagi keluarga terpidana dan terpidana bersangkutan, juga memengaruhi mata dunia. Pengamanan tersebut akan memunculkan banyak pertanyaan dari dunia internasional.

"Dampak dunia internasional akan banyak pertanyaan, apakah (pengamanan) ini sebuah kebutuhan, sudah proporsional atau ada tujuan lain. Pasti akan ada concern," jelas dia.

Saat ini, tim kuasa hukum, katanya, masih menunggu panggilan sidang setelah pihaknya mengajukan gugatan atas Keppres penolakan grasi ke PTUN.

Sementara itu, Kapuspen TNI Mayjen TNI M. Fuad Basya mengatakan pengamanan yang dilakukan TNI berdasarkan dari laporan intelijen mereka. "Laporan intelijen kami menyebutkan ada potensi besar atas penggagalan eksekusi Bali Nine," katanya.

Pengamanan yang dilakukan TNI, ujarnya, pada prinsipnya adalah melakukan operasi sepanjang tahun, apakah itu di darat, laut dan udara. Kekuatan operasi itu yang kemudian digeser untuk fokus ke selatan Indonesia, ke wilayah eksekusi Bali Nine di Nusakambangan. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER