Jakarta, CNN Indonesia -- Para teroris di Indonesia secara umum disebut memaknai uang sebagaimana kebanyakan orang lainnya. Menurut mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mba'i, secara khusus para teroris di Indonesia sebenarnya berkelas-kelas.
Ada yang masuk jaringan teroris karena ikut-ikutan dan ada yang masuk untuk mencari perlindungan. "Ada mantan preman yang menjadi teroris atau masuk jaringannya karena mencari perlindungan," tuturnya.
Bagi para teroris yang kelasnya masih teri ini, Ansyad malah menyebut mereka sengaja menjadi teroris atau masuk dalam jaringan teroris untuk mencari makan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk kelas yang berada di atas, para teroris ini disebut sebagai kelompok hardcore. Para teroris hardcore ini, lanjut Ansyad, setidaknya dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang bertanggung jawab urusan pendanaan dan yang menjadi pelaku.
Para pencari dana ini akan melakukan kegiatan apa pun untuk mendapatkan uang. Uang itu sebagian besar akan disisihkan untuk kebutuhan aksi teror dan sisanya dipakai untuk melanjutkan hidup. Salah satu bagian aksi adalah memberi uang untuk kelanjutan hidup pelaku
hardcore.
Para pemberi dana kepada teroris menilai, uang yang mereka berikan akan mengantarkan mereka ke surga. "Itu perbedaan dengan para pelaku yang
hardcore," ujar Ansyad.
Para pelaku
hardcore, pelaku aksi bom bunuh diri, disebut Ansyad tak terlalu memikirkan uang. Yang penting bagi mereka adalah bisa melakukan aksi, mati, lalu mendapat surga. Keyakinan itu ada di hati mereka.
"Itu sebabnya, mereka yang penting melanjutkan hidup saja," tuturnya.
Atas dasar itu, kehidupan para pelaku hardcore umumnya ditopang oleh pendonor
hardcore. Atau, mereka akan mencari pekerjaan seadanya untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga melakukan aksi bom bunuh diri.
(rdk)