Hukuman Mati Dinilai Bisa Menginspirasi Ekstremis

Christie Stefanie | CNN Indonesia
Minggu, 08 Mar 2015 04:34 WIB
Penolakan ini bukan hanya kepada para terpidana mati kasus narkoba, tapi juga kepada terpidana mati perkara terorisme.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan, Sudjonggo (kiri) menyambut Kepala Kejaksaan Tinggi Bali, Momock Bambang Sumiarso (kanan) saat membesuk dua warga Australia terpidana mati, Muran Sukumaran dan Andrew Chan di Lapas Kerobokan, Denpasar, Senin (2/3). ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Jakarta, CNN Indonesia -- Permintaan kepada pemerintah untuk membatalkan eksekusi mati terus disuarakan. Dosen Hubungan Luar Negeri Universitas Paramadina Atnike Nova Sigiro merupakan salah seorang yang menentang diberlakukannya hukuman mati.

Penolakan ini bukan hanya kepada para terpidana mati kasus narkoba, tapi juga kepada terpidana mati perkara terorisme.

"Hukuman mari harus ditolak siapapun, termasuk bagi para terorisme," ujar Atnike saat ditemui di acara diskusi yang digelar KontraS di Jakarta, Sabtu (7/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, jumlah ekstremis tidak akan berkurang meskipun hukuman mati tetap diselenggarakan. Hal tersebut disampaikannya dengan melihat kembali kasus Imam Samudra cs.

Lebih lanjut, ia pun mengatakan hal hukuman mati tersebut malah memberikan inspirasi bagi para ekstremis untuk mengikuti langkah tersebut.

"Hukuman mati terhadap Imam Samudra malah menjadi dikagumi dan menjadi contoh," tegasnya.

Selain itu, ia pun menilai hukuman mati tidak memberikan kesempatan bagi para pelaku kejahatan untuk merefleksikan tindakannya. "Jadinya mereka tidak merefleksikan apa yang dia lakukan, tidak ada pertobatan," tuturnya.

(obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER