Jakarta, CNN Indonesia -- Perseteruan yang tidak kunjung usai di Partai Golkar menunjukkan hilangnya akal politik para elite partai beringin ini.
Politisi senior Golkar Hajriyanto Y Thoari menilai, cara penyelesaian yang dilakukan dua kubu yang bertikai di Golkar - kubu Agung Laksono dan kubu Aburizal Bakrie (Ical) - menunjukkan bahwa akal politik memang sudah hilang di Golkar. "Kalau akal politik itu masih ada, pasti perseteruan tak akan berlarut-larut," paparnya.
Mantan Wakil Ketua MPR itu mengatakan, perseteruan di Golkar bermula dari perbedaan kepentingan politik. Maka penyelesaiannya harus lah melalui jalur politik dalam partai dengan mengedepankan solusi yang sesuai. Jalur penyelesaian politik dalam partai adalah musyawarah nasional (munas) atau rapat pimpinan nasional (rapimnas).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, lanjut Thohari, penyelesaian yang dipilih oleh kedua kubu, di mana Ical memilih jalur hukum sementara Agung dengan bergelantung di lengan kekuasaan, adalah pilihan penyelesaian yang akan lama, panjang dan melelahkan.
"Penyelesaian perseteruan partai dengan jalur hukum atau pengadilan itu hanya untuk partai baru atau partai kecil. Bukan partai tua dan besar seperti Golkar," tegasnya.
Hajriyanto yang dalam perseteruan Agung-Ical ini berada dalam posisi netral, menyebutkan bahwa selama model penyelesaian yang dipilih kedua kubu itu bukan jalur politik dalam partai, yang ada hanya saling berbalas dengan pukulan yang lebih keras.
"Keputusan pemerintah membuat pertikaian makin eksessif sebab pemerintah dinilai dekat ke satu kubu. Maka kubu yang lain pasti akan melawan dengan frontal," tukasnya.
Ini memang terbukti. Setelah Menkumham memutuskan mengesahkan Golkar kubu Agung, Ical langsung membalasnya dengan melaporkan dugaan pemalsuan dokumen penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) Golkar Jakarta.
Kubu Ical juga melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta (PN) Barat serta akan mengajukan gugatan atas putusan Menkumham di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
(hel/hel)