Jakarta, CNN Indonesia -- Rohaniawan Romo Benny Susetyo menilai Polri kehilangan tokoh panutan dalam menjalankan tugas mereka. Alhasil, kepolisian gagal mewujudkan perannya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.
Pernyataan Benny ini merujuk pada perkara-perkara dugaan tindak pidana yang menjerat dua pimpinan Komisi Pemberatantasan Korupsi dan pejabat maupun tokoh yang bergiat di bidang antikorupsi serta transparansi publik.
"Kasus-kasus ini memberikan pelajaran, jika polisi ingin menjadi pelayan publik mereka harus mencari role model," kata Benny di Jakarta, Senin (16/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan mantan Presiden Abdurrahman Wahid pernah mengeluarkan lelucon, hanya ada tiga polisi baik di negara ini, yakni patung polisi, polisi tidur dan Jenderal Hoegeng Imam Santoso.
Benny berkata, Polri seharusnya melihat lelucon ini sebagai titik tolak mereformasi institusi. "Kalau polisi punya kejujuran dan integritas, mereka akan dipercaya publik. Tapi kalau mementingkan kepentingan golongan, mereka akan semakin jauh dari masyarakat," ujarnya.
Berkaca pada jejak rekam karier Hoegeng, Kapolri era 1968 hingga 1971, Benny menyatakan kepolisian harus menempatkan diri bukan sebagai pelayan kekuasaan. Tak hanya itu, mereka juga harus menjauhi para pemilik modal.
"Saat bertugas, Hoegeng menolak fasilitas. Baginya, polisi harus profesional dan berani mengambil jarak dari pemilik modal sehingga ditakuti dan dihormati karena memiliki integritas," tuturnya.
Lebih dari itu, Benny menilai reformasi kepolisian hanya bisa berhasil jika polisi memiliki paradigma pelayanan publik. Hal tersebut salah satunya dapat ditunjukan dengan mengedepankan komunikasi dialogis. "Bukan kekerasan tapi negosiasi," katanya.
(sur)