Agung, Wayang dan Cerita soal Golkar yang Menang

Abraham Utama | CNN Indonesia
Selasa, 24 Mar 2015 12:50 WIB
Cerita wayang Amartha Binangun seolah menjadi simpulan perjalanan Golkar kubu Agung Laksono hingga mendapatkan SK pengesahan dari Menkumham.
Ketua Umum Golkar versi munas Ancol Agung Laksono (tengah) menunjukan SK Menkumham didampingi Wakil Ketua Umum Golkar Priyo Budi Santoso (kanan), Sekjen Golkar Zainuddin Amali (kedua kanan) usai mengadakan konferensi pers terkait SK Menkuham di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Senin (23/3). (ANTARA /Hafidz Mubarak A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ada yang asing pada Senin malam di lingkungan kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat. Bunyi gamelan, tembang sinden yang mendayu dan rianya warga menonton wayang, seolah menyirami kompleks yang selama tiga bulan terakhir diselimuti tegang.

Entah sebuah kebetulan atau kesengajaan, keriaan yang berlangsung di kantor partai beringin, bertepatan dengan keluarnya surat keputusan bernomor M.HH-01.AH.11.01 tahun 2015 -surat yang dikeluarkan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly memenangkan kubu Agung Laksono dan mendapuknya menjadi ketua umum yang sah dari Partai Golkar. Artinya, pemerintah mengesahkan perubahan AD/ART serta komposisi dan personalia DPP Partai Golkar sesuai bentukan musyawarah nasional partai berlambang pohon beringin di Ancol, awal Desember silam.

Kembali ke Slipi, pada Senin malam, sebuah panggung dan satu tenda besar berkapasitas lebih kurang sekitar 200 orang tamu berdiri megah. Saat CNN Indonesia menanyakan apa tujuan keriaan ini kepada salah seorang panitia acara, kader Golkar itu menerangkan kalau acara diadakan dengan tajuk syukuran dan ruwatan. Selain nanggap wayang, para kader Golkar dari kubu Agung Laksono juga mengaku melakukan santunan kepada empat panti yatim piatu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Syukuran berarti upacara untuk mensyukuri atas sesuatu karunia, sedangkan ruwatan adalah upacara yang dilakukan menurut budaya Jawa sebagai aksi membuang kesialan. Namun saat CNN kembali mengkonfirmasi soal hajatan ini sebagai rasa gembira atas pengakuan pemerintah terhadap kubu Agung Laksono, salah seorang Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Leo Nababan malu-malu mengakuinya. “Kebetulan saja, tak ada yang disetting,” katanya.

Ditunggu sebentar, pagelaran wayang yang mengundang dalang kondang Ki Manteb Sudarsono pun tayang. Lakon Amartha Binangun dipilih sebagai jalan cerita. Sebuah lakon yang bercerita soal pandawa yang berjuang mempertahankan hak mereka, namun sang penguasa Hastina meminta mereka untuk membangun kerajaannya sendiri di sebuah alas atau hutan yang bernama Amartha.

Lakon Amartha Binangun lantas dimaknai oleh sang dalang, saat berbicara kepada media sehari sebelum pentas, adalah cerita perjuangan yang berakhir dengan kejayaan untuk semua. Persis harapan Ketua Umum Golkar yang disahkan pemerintah Agung Laksono sebelum pentas, “Golkar sudah seharusnya dikelola secara terbuka, sehat, demokratis dan untuk kepentingan masyarakat. Golkar tidak boleh jadi instrumen kekuasaan pribadi apalagi kepentingan bisnis yang dikelola secara oligarkis.”

Semakin malam, cerita meluncur kian lantang dari mulut sang dalang. Babak demi babak lakon diceritakan seru oleh Ki Manteb sang dalang kondang.

Babak Akhir Kisruh Golkar

Usai melewati banyak babak perseteruan melawan kubu Aburizal Bakrie, Agung Cs kini berada di atas angin. Meski tak menyebut nama Ical -sebutan akrab Aburizal- secara langsung, dalam pernyataan Agung soal Golkar yang tak boleh dikuasai pribadi, bisa saja ditafsirkan menyindir kubu lawan.

Agung mungkin ingin berbicara dalam medium lain soal perjuangannya meraih tampuk kekuasaan di Partai Golkar. Maka dari itu, ia memanggil Ki Manteb untuk memainkan lakon Amartha Binagun. Selain soal pandawa, Ki Manteb juga menceritakan soal kisah perebutan kekuasaan di negara Amarta antara Badon Wacono dan Broteseno alias Bima.

Badon Wacono yang merupakan penjelmaan jin berniat merebut kekuasaan Brotoseno ‎yang menguasai pusat negara. Ironi, karena negara yang diperebutkan keduanya adalah milik Betoro Indro.

Di babak akhir, Brotoseno dan Badon Wacono akhirnya berdamai setelah berkonflik hebat. Mereka sepakat membangun Amarta bersama-sama. Persis harapan Agung Laksono. (Baca juga: Berulang Tahun ke-66, Agung Laksono dapat Kado Sempurna) (sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER