Jakarta, CNN Indonesia -- Gelombang pertarungan internal Partai Golkar bukannya surut, malah makin pasang. Saling gugat ke pengadilan, saling lapor ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, hingga saling rebut Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar dan terakhir Sekretariat Fraksi Golkar di DPR, dilakukan dua kelompok bertikai. Kuasa atas partai beringin di atas segalanya. Kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono terus mengasah pedangnya.
Jumat sore (27/3) menjadi bukti Ical masih digdaya meski kubunya tidak diterima Menteri Hukum dan HAM sebagai pengurus sah Golkar. Sore itu seharusnya kubu Agung telah menguasai Sekretariat Fraksi Golkar di lantai 12 Gedung Nusantara I DPR seperti yang mereka rencanakan. Namun alih-alih masuk ke Sekretariat, para loyalis Agung justru harus kembali ke lantai dasar. Mereka gagal mengambil alih Sekretariat.
“Semua akses di lantai 12 sudah diganti. Tidak ada dari kami (kubu Agung) yang tahu
password-nya. Kepala Sekretariat Pak Supardi yang punya akses juga
ngumpet,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita yang ditunjuk dan diakui Agung Laksono sebagai Ketua Fraksi Golkar di DPR.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus dan rekan-rekannya dari kubu Agung terhenti hanya sampai lobi Fraksi Golkar. Padahal sejak empat hari sebelumnya, Senin (23/3), Agus telah mengirim surat pergantian pimpinan Fraksi Golkar ke pimpinan dan Sekjen DPR. Ia juga mengirim surat kepada Ketua dan Sekretaris Fraksi Golkar kubu Ical, Ade Komarudin dan Bambang Soesatyo, untuk segera meninggalkan Sekretariat yang akan dipakai kepengurusan baru Fraksi Golkar.
Namun rencana tinggal rencana. Pengambilalihan Fraksi Golkar di DPR sampai hari ini, Senin (30/3), belum terwujud, dan itu semua gara-gara langkah ‘cerdik’ kubu Ical mengganti
password untuk akses masuk ke Sekretariat Golkar.
Kubu Ical pun tak menyembunyikan rasa puasnya berhasil membuat kecele Agung cs. Jumat malam usai kegagalan Agus Gumiwang dan rekan-rekannya merebut Sekretariat Fraksi, Ade Komarudin dan Bambang Soesatyo ‘melampiaskan’ kelegaan mereka bersama para loyalis Ical dalam rapat di Fraksi Golkar DPR.
Setidaknya ada 10 anggota Fraksi Golkar kubu Ical yang bergabung dalam rapat yang disebut penuh gelak tawa itu. “Hahaha... mereka (kubu Agung) memang belum berhak menempati Sekretariat Fraksi Golkar karena (kepengurusan fraksinya) belum disahkan di paripurna DPR,” kata Bamsoet –panggilan Bambang Soesatyo sambil tertawa lepas ketika dihubungi.
Baca selengkapnya kemelut partai beringin di FOKUS:
Dua Golkar Berebut Lantai 12Rencana kubu Agung untuk mengambil alih Fraksi Golkar bahkan kemungkinan terganjal lebih jauh dari sekadar soal perebutan Kantor Sekretariat Fraksi. Pasalnya, Sekretaris Jenderal DPR Winantuningtyastiti Swasanani menyatakan surat pergantian pimpinan Fraksi Golkar yang dikirim kubu Agung bisa saja ditolak oleh pimpinan DPR.
Bila ini terjadi, maka apa yang terjadi pada Partai Golkar sungguh janggal. Di satu sisi, kepengurusan Agung Laksono diakui oleh Menkumham Yasonna Laoly. Di sisi lain, kepengurusan Golkar yang sah itu tak dapat menempatkan orang-orangnya di pimpinan Fraksi Golkar DPR, karena pimpinan fraksi masih dikuasai oleh kubu Ical yang tak diakui pemerintah sebagai pengurus sah Golkar. Padahal fraksi merupakan kepanjangan tangan partai. Artinya, meski dianggap legal, Agung cs secara
de facto ‘impoten’ di DPR.
Sekretariat milik Ical, Kantor DPP milik AgungCengkeraman kuat kubu Ical atas Kantor Sekretariat Fraksi Golkar di DPR merupakan ‘balas dendam’ manis atas kehilangan mereka akan Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar di Slipi, Jakarta Barat, yang dikuasai Agung sejak konflik internal bermula.
Sama seperti Agung yang tak dapat merealisasikan niatnya merebut Sekretariat Fraksi Golkar, Icap pun tak bisa melaksanakan rencananya mengambil alih Kantor DPP Golkar dari tangan para loyalis Agung. Padahal rencana itu telah disusun pada hari yang sama saat Menkumham mengesahkan kubu Agung sebagai pengurus Golkar, Selasa (10/3).
Niat ‘mengkudeta’ Kantor Golkar itu merupakan salah satu kesepakatan antara Ical dengan Dewan Pimpinan Darah I (provinsi) dan II (kabupaten/kota) Golkar yang ia kumpulkan untuk konsolidasi usai kubu Agung disahkan pemerintah.
Alasan Ical saat itu, Kantor DPP Golkar perlu diambil alih karena para pengurus Golkar daerah –yang berada di kubunya– juga punya hak untuk memakai kantor pusat Golkar itu. Apa dikata, Kantor DPP Golkar dijaga ketat oleh pasukan keamanan kubu Agung sehingga sampai hari ini Ical belum juga bisa menginjakkan kaki di sana.
Maka, penguasaan kubu Ical atas Sekretariat Fraksi Golkar menjadikan posisi Ical-Agung seri. Satu kubu menggenggam Kantor DPP Golkar, kubu lainnya menguasai Sekretariat Fraksi Golkar DPR. Entah sengketa internal partai beringin akan berujung ke mana.
(agk)