Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyatakan komunikasi intensif antara guru dan orangtua harus diutamakan dalam mengatasi gerakan radikalisme agama yang belakangan telah masuk ke sekolah.
Menurutnya, guru dan orang tua adalah orang orang yang paling dekat dengan siswa. "Ada lima puluh juta lebih siswa saat ini di Indonesia, siapa yang hendak memantau? Harus ada komunikasi intensif antara orangtua dan guru sekolah," kata Anies usai menghadiri Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2015, Depok, Jawa Barat, Senin (30/3).
Layaknya penderita Narkoba, anak yang terpengaruh ajaran radikal menurut Anied bisa diidentifikasi dengan adanya perubahan dari sisi emosional anak. Perubahan itu hanya bisa dirasakan oleh orangtua dan guru yang mengetahui perputaran pergaulan anak sehari-hari. Anies dan Kemendikbud berjanji akan menjadi wadah pengeratan hubungan antara orangtua dan sekolah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, Sebuah buku pelajaran Agama Islam untuk kelas 11 atau kelas 2 SMA berisi ajaran sesat beredar di beberapa sekolah di Jawa Timur.
"Semua karena buku itu dikerjakan mengejar waktu. Untuk sementara buku itu kami tarik dulu," kata Anies ditemui di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat (20/3). (Baca juga:
Soal Buku Sesat, Anies: Dibuat Asal Jadi dan Tergesa-Gesa)
Dalam buku tersebut ada beberapa ilustrasi yang menampilkan aktivitas romantis dan beberapa ajaran radikal. Pada halaman 78 buku itu disebutkan jika orang menyembah selain Allah dan orang nonmuslim maka diperbolehkan untuk dibunuh.
Pikiran Vs Pikiran Anies sepakat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) bahwa gerakan ISIS lahir dari pikiran maka harus dilawan pula dengan pikiran. "Pikiran harus dilawan dengan pikiran lagi, bukan hal lain" kata Anies.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) telah menekankan hal yang sama. Gerakan-gerakan radikal lahir dari kelemahan suatu negara yang
kemudian melahirkan ideologi yang mampu memakan negara tersebut. Tak hanya ISIS, fenomena Boko Haram di Nigeria pun menjadi salah satu contoh gerakan yang lahir dari kelemahan negara.
JK menganalogikan jika ideologi itu virus dan memasuki tubuh dalam kondisi lemah maka dengan mudahnya virus bisa masuk. Melihat makin berkembangnya gerakan radikal Islam, JK meminta para pemuda mengutamakan perang lewat ideologi.
"Mengutip kata Malala, Gadis yang melawan Taliban,
'They can shoot my body, but they can't shoot my mind'. Pikiran haruslah diubah dengan ideologi yang benar, tanpa itu maka akan sulit," kata JK. (Baca juga:
Hari Ini Menag Kirim Edaran Larangan Penggunaan LKS Sesat)
(sur)