Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kantor Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan menangkis isu nepotisme dalam penunjukan lima deputinya. Ia memaparkan alasan mengapa orang-orang tersebut dianggap layak mendampinginya di Kantor Staf Kepresidenan.
Menurut Luhut, Kantor Staf Kepresidenan ibarat leher yang tidak memiliki muka dan kepala. "Kami hanya membantu agar muka dan kepala bisa berjalan dengan baik. Staf itu jadi tidak pernah membuat keputusan atau mengeksekusi. Jadi kalau ada kekuatan seperti itu, tidak benar. Tapi Bapak Presiden punya staf yang tangguh untuk membuat keputusan," kata Luhut di Auditorium Gedung III Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Kamis (2/4).
Menurut Luhut, deputi yang ia tunjuk merupakan orang-orang yang cakap di bidang mereka masing-masing, sebab Presiden Jokowi membutuhkan pribadi-pribadi yang tangguh untuk membantunya mengambil keputusan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut menjelaskan, Deputi I Bidang Monitoring dan Evaluasi dipegang oleh Darmawan Prasodjo. Darmawan merupakan lulusan SMA Taruna Nusantara dan memperoleh magna cum laude gelar doktor dari Duke University, Amerika Serikat, di bidang ekonomi energi.
"Dia pernah bekerja di Gedung Putih, pernah bekerja di Kantor Senator John Kerry. Ini
rising star anak muda," kata dia.
Sementara Yanuar Nugroho, Deputi II Bidang Pengelolaan dan Kajian Program Prioritas, disebut Luhut sebagai ahli ekonomi inovasi. Yanuar adalah salah satu profesor di University of Manchester, Inggris.
"Dan masih visiting professor di sana, masih meluluskan Phd. Dia pernah kerja di Uni Eropa, susun program-program Uni Eropa. Sekarang kami bantu Presiden untuk dapat melihat program di Bappenas sehingga bisa berjalan bagus. Nah itu waktu ke waktu Presiden minta di-
brief dan dilaporkan kemajuannya," ujar Luhut.
Luhut mengaku dikenalkan Yanuar oleh Presiden Jokowi. Jokowi langsung merekomendasikan Yanuar pada Luhut. "Pak Luhut itu di sana ada yang hebat banget, namanya Yanuar," kata Luhut menirukan ucapan Jokowi padanya. (Baca juga:
JK Komentari Susunan Organisasi Staf Presiden)
Luhut langsung begerak cepat. Ia segera mencari informasi soal Yanuar. "Saya lihat beliau sekolah dapat
scholarship dan orang Indonesia pertama dapat penghargaan di Inggris dalam bidang inovasi seperti ini," katanya.
Luhut bercerita, Yanuar meminta mundur dari University of Manchester, namun sempat ditolak oleh pihak universitas karena dianggap sangat dibutuhkan. "Sehingga tiga minggu lalu dia masih meluluskan dua PhD di University of Manchester," kata Luhut.
Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis adalah Purbaya Yudhi Sadewa. Luhut memperkenalkannya sebagai lulusan Institut Teknologi Bandung dan memperoleh gelar doktor di Purdue University, Amerika Serikat.
"Untuk makro ekonomi di Indonesia, beliau di Danareksa Research Institute bekerja dengan bagus," katanya.
Luhut dikenalkan oleh seorang temannya dengan Purbaya. "Katanya orang hebat. Saya ingin tahu juga hebatnya seperti apa," ujar Luhut. Setelah mempelajari sosok Purbaya, termasuk saat bertemu dengan perwakilan Bank Dunia dan dan IMF, Luhut langsung kepincut dan memutuskan untuk membawanya.
Purbaya juga punya jasa besar selama masa kampanye. "Dia yang mem-
brief Pak Jokowi dan Pak Jokowi sangat puas dengan Pak Purbaya," ujar Luhut. (Baca juga:
Profil Kelima Deputi Kantor Staf Kepresidenan Jokowi)
Tiga deputi ini menurut Luhut dipulangkan dari Amerika Serikat. Sebelum membawa pulang ketiganya, Luhut mengaku bertemu banyak pihak dan semua mengapresiasi kinerja ketiganya.
Adapun Eko Sulistyo, Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi, disebut Luhut sebagai seseorang yang selalu membantu kegiatan Jokowi dari ketika Presiden berkegiatan di Solo sampai sekarang.
Sedangkan Andogo Wiradi, Deputi V Bidang Analisis Data dan Informasi Strategis belum dilantik karena masih ada proses administrasi. "Dia adalah jenderal yang sejak kecil bersama saya di Kopassus dan lama di DOM (daerah operasi militer) Timtim, Aceh, Papua, sehingga dia bisa jadi tim yang sangat bagus," kata dia.
Luhut sadar bahwa timnya belum sempurna. Itulah mengapa ia meminta tokoh senior seperti Lambock V Nahattands--yang pernah menjadi Sekretaris Menteri Sekretaris Negara era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono--dan Atmadji Sumarkidjo sebagai staf khusus.
"Pak Lambock itu sangat paham sejarah dan masalah perundang-undangan aturan sehingga tidak ada satu pun pekerjaan yang kami lakukan yang coba atau melanggar aturan, karena legal. Cek akan dilakukan, Pak Lambock yang periksa," ujar dia.
Sementara Atmaji adalah jurnalis senior. "Saya kenal dari kapten di Kopassus. Dia sama-sama dengan Jenderal Yusuf. Sampai sekarang berhubungan dan tidak ada daerah operasi militer yang tidak pernah dia datangi," kata Luhut. (Baca juga:
Luhut Beberkan Tugas Lima Deputi Kantor Staf Kepresidenan)
(sur)