Jakarta, CNN Indonesia -- Mabes Polri menyatakan pentolan kelompok teroris Santoso yang diduga tewas, Daeng Koro, terlibat dalam banyak aksi terorisme. Saat ini Polri hendak melakukan tes DNA terhadap korban tewas dalam baku tembak antara Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dengan kelompok Santoso di di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Jumat (3/4), itu untuk memastikan identitasnya apakah benar dia Daeng Koro.
Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Rikwanto, Daeng Koro merupakan pelatih dan ketua pelaksana beberapa kegiatan tadrib ‘askari atau latihan militer yang digelar di Tuturuga, Kabupaten Morowali dan Gunung Tamanjeka, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah; serta Mambi, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Daeng Koro juga disebut sebagai aktor intelektual dalam pembunuhan dua anggota Polres Poso, Briptu Andi dan Brigadir Sudirman, di Kampung Tamanjeka, Desa Masani, Poso, Oktober 2012. Jenazah Andi dan Sudirman saat itu ditemukan dalam satu lubang dengan kedalaman satu meter. (Lihat fokus:
Akhir Perlawanan Daeng Koro)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sang gembong kelompok teroris Santoso itu pun terlibat penghadangan dan penembakan anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah di Desa Ambrana, sekitar Gunung Kalora, Desember 2012. Saat itu tiga anggota Polri tewas, yakni Brupti Ruslan, Briptu Winarto, dan Briptu I Wayan Putu Ariawan.
Selanjutnya, Daeng Koro disebut berperan sebagai perakit dan eksekutor bom di Desa Pantangolemba, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Februari 2014. Ia lalu terlibat kontak senjata dengan polisi di Pegunungan Ladopi, Dusun Gayatri, Desa Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Februari 2014.
“Dia juga terlibat pengadaan senjata yang saat ini menjadi sentara inventaris MIT (Mujahidin Indonesia Timur),” kata Rikwanto, Sabtu (4/4).
Polri menyebut Daeng Koro menjadi penghubung antara Kelompok MIT dengan Kelompok Makassar, dan menjadi ahli strategi pergerakan Kelompok MIT.
Terakhir, Daeng Koro dituding menjadi aktor intelektual dalam penembakan seorang warga di Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Juni 2014. Wilayah itu memang menjadi lokasi aktivitas kriminal kelompok teroris pimpinan Santoso.
(agk)