Sidak SLBN 01 Lebak Bulus, Anies Disuguhi Pantomim

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Senin, 13 Apr 2015 07:59 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyatakan semua anak Indonesia mempunyai hak yang sama soal pendidikan.
Anies meninjau pendistribusian soal UN di pusat rayon Jakarta Selatan wilayah I khusus SMK (SMKN 20) dan memotivasi siswa yang akan mengikuti UN pada Senin (13/4). (CNN Indonesia/Yohannie Linggasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam sidak Ujian Nasional (UN) yang dilakukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, ada seorang siswa yang menarik perhatiannya.

Ia adalah Malik Nurul Huda, seorang siswa difabel kelas XII Sekolah Luar Biasa Negeri 01, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Dengan gayanya yang lincah, Malik melakukan pantomim di depan Anies.

Ia seolah-olah bersiap berangkat sekolah. Ia berpantomim sedang makan kemudian mengambil ransel dan berangkat sekolah. Tak tampak kesan gugup di raut wajahnya. Senyum lebar tersungging di bibirnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak mengherankan, karena Malik ternyata merupakan juara I pantomim khusus siswa difabel. "Bakatnya memang di seni dan juga olahraga. Dia sering latihan pantomim dan baru-baru ini juara I pantomim di Makassar," kata guru SLBN 01 Rambat, saat ditemui di SLBN 01, Lebak Bulus, Jaksel, Senin (13/4).

Malik pun mengaku siap mengikuti UN. "Sudah try out tiga kali. Saya siap," katanya dengan bahasa isyarat.

Anies kemudian memuji penampilan Malik. "Anak ini bukan hanya percaya diri, tetapi juga mengerti ke depannya mau melakukan apa," katanya.

Saat ditanya soal rencananya seusai tamat sekolah, Malik menjawab dengan bahasa isyarat bahwa ia mau bekerja di bengkel sebagai montir. Ia pun tampak tenang sebelum mengikuti UN berbasis kertas.

"Pesan utama adalah tidak ada anak Indonesia yg dinomorduakan. Semuanya dapat perlakuan sama. Prinsip itu harus dipegang," kata Anies.

Selain mengecek pelaksanaan UN, Anies juga menyapa para siswa lainnya di SLBN 01 ini. Ia menegaskan bahwa siswa di sekolah ini adalah anak bangsa yang punya hak yang sama dengan anak lainnya.

"Ini bukan sebagai cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus. Mereka memiliki hak yang sama untuk menggapai cita-citanya seperti anak lainnya," ujarnya.

Pada tahun ini, sepuluh anak tuna rungu akan mengikuti UN berbasis kertas. "Jumlah itu sudah termasuk banyak lho, maksimalnya kan 12 anak," kata Rambat yang juga ketua panitia UN SLBN 01.

Ia menjelaskan soal untuk siswanya telah disesuaikan. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, beberapa bahasa disesuaikan dengan kebutuhan anak. "Selain itu, tidak ada tes listening dalam mata pelajaran Bahasa Inggris untuk mereka," ujar Rambat.

Di sisi lain, Anies memuji persiapan UN di sekolah ini. "Tempat ini juga sebagai tempat proses percetakan soal UN untuk tuna netra," katanya.

Ke depanya, Anies berharap para siswa tuna rungu juga bisa merasakan UN Computer Based Test (CBT). UNCBT, menurut Anies, akan semakin memudahkan siswa difabel. "Apalagi, sekarang ada komputer yang memungkinkan bagi tuna netra," katanya. (hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER