Jakarta, CNN Indonesia -- Terpidana mati yang diduga masih mengendalikan peredaran narkotik dari balik jeruji Nusakambangan, Freddy Budiman, dihadirkan ke pabrik ekstasinya di Cengkareng, Jakarta, Selasa (14/4) kemarin. Menghadapi hukuman mati dan ratusan orang yang memerhatikannya, dia tampak tenang.
Sesekali dia mengusap rambutnya yang dicat pirang di bagian atas, sekilas mirip almarhum pelawak Srimulat yang kondang, Mamik Prakoso. Hawa calon pabrik ekstasinya yang bekas pabrik garmen memang panas terik. Namun, itu juga tak mampu memudarkan ketenangan di wajahnya. (Baca juga:
Kapasitas Pabrik Ekstasi Freddy 50 Ribu Butir per Jam)
Empat orang anggota Brigade Mobil bersenjata laras panjang dan berpelindung lengkap menggelandang dia ke hadapan awak media. Mengenakan baju tahanan berwarna biru yang tidak dikancingkan di bagian depan, dia berjalan santai diikuti tersangka lainnya. Sesekali, sang raja narkoba bahkan tersenyum ketika dihadapkan dengan barang bukti yang disita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengapa seorang Freddy Budiman yang sudah divonis mati masih bisa mengendalikan peredaran narkotik dari dalam penjara?" tanya seorang wartawan kepada Kepala Badan Reserse dan Kriminal Komisaris Jenderal Budi Waseso.
Warga yang menyaksikan rilis pengungkapan jaringan narkotik pun sontak berteriak. "Wuuuuuu, tembak saja, tembak!" teriak para warga menyoraki. Freddy tidak gentar. Dia kembali tersenyum.
Dia bahkan bercanda dengan seorang anggota kepolisian yang berdiri di dekatnya. Anggota kepolisian itu pun menanggapi dengan tawa sambil menepuk perut buncit Freddy.
Freddy diketahui sebagai otak pengiriman narkotik pada 2012 silam. Dia dicokok seetelah anak buahnya tertangkap Badan Narkotika Nasional ketika hendak menyelundupkan 1.4 juta pil ekstasi dari Tiongkok. Dari penangkapan terungkap penyelundupan tersebut dilakukan atas perintah Freddy. Padahal, kala itu Freddy telah mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. (Baca juga:
Polri Tangkap Pemilik Narkotika CC4 di LP Cipinang)
Berselang satu tahun, Freddy akhirnya dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat atas dakwaan menjadi otak penyelundupan. Dia sempat mengajukan peninjauan kembali atau grasi, namun tidak berhasil mendapatkannya.
Freddy lalu dipindahkan ke Nusakambangan. Di penjara yang diklaim paling aman di Indonesia, Freddy malah menjadi. Dia masih menjalankan bisnis narkotiknya yang hebatnya lagi berada di Penjara Cipinang, tempat dia dulu mengelola bisnisnya.
Licinnya Freddy dan Hebatnya CC4Menurut Direktur Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Anjan Pramuka mengatakan terpidana mati Freddy Budiman bisa menjalankan bisnis narkotiknya dari Nusakambangan karena memberi sejumlah fasilitas kepada sipir, termasuk untuk dapat berkomunikasi dengan dunia luar.
Fasilitas yang dijanjikan Freddy kepada sipir, ujar Anjan, kemungkinan berupa rumah atau mobil. Namun belum diketahui dari mana asalnya rumah dan mobil yang dipakai Freddy untuk menyogok itu. Hal serupa juga diberikan kepada seorang sipir di LP Cipinang. (Baca juga:
Freddy Budiman Sogok Sipir Nusakambangan dengan Rumah & Mobil)
Pemberian fasilitas pada sipir di Cipinang karena ketika Bareskrim melalukan penggeledahan di Lapas Cipinang dan Salemba ditemukan narkotik jenis baru bermama CC4. Kekuatan CC4 disebut 10 kali lebih kuat dibandingkan pil ekstasi. Bentuk narkotik jenis baru ini seperti perangko dan disebut juga ekstasi kertas.
Di kedua penjara tersebut, Freddy Budiman ternyata memiliki napi yang mengatur dan mengelola bisnis narkotik miliknya.Yang lebih mengherankan, narkotik yang dikelola dan diperdagangkan adalah jenis baru CC4. Sejauh ini, berdasarkan keterangan polisi, narkotik baru CC4 ini rutenya adalah Belada lalu ke Jerman baru ke Jakarta, Indonesia. Ini dimungkinkan sebab polisi mengatakan CC4 ini sulit untuk dideteksi oleh X-ray di bandara. (Baca juga:
Polisi: Paket Narkotik CC4 Bisa Kelabui X-ray).
(hel)