Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa memiliki cara tersendiri untuk mencegah korupsi di lingkaran keluarga kecilnya. Khofifah mengajarkan keempat anaknya untuk mensyukuri apa yang dipunya, alih-alih lapar mata.
"Kalau di meja makan, anak saya bilang, 'Bu ini sotonya tidak enak', saya bilang, syukuri apa yang ada di meja," cerita Khofifah usai menghadiri peringatan Hari Kartini di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa (21/4).
Khofifah lalu bercerita soal putranya yang merajuk karena meminta ulang tahunnya dirayakan dengan makan di restoran. "Saya sampaikan ke anak saya kelas 2 SMA, sampai menangis saya tidak ajak makan-makan di restoran. Sekali minta, nanti kakak dan adiknya minta, tahun depan minta, dan pada saatnya kita tidak bisa merayakan ulang tahun di restoran," tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak awal, Khofifah meminta anak-anaknya untuk hidup sederhana. Pada momen lain, Khofifah pernah menegur anaknya yang iri lantaran melihat mobil mewah milik teman-temannya. "Anak saya pernah sekolah di SD Ar Rahman, bilang, 'Bu, mobilnya teman-teman mengkilat'. Saya bilang, nak syukuri apa yang kita punya," ujarnya.
Tak hanya pada keempat anaknya, Fatimahsang Mannagalli Parawansa, Jalaluddin Mannagalli Parawansa, Yusuf Mannagalli Parawansa, dan Ali Mannagalli Parawansa, pola gaya hidup tersebut juga diterapkan untuk almarhum suaminya, Indar Parawansa.
"Ketika saya jadi menteri tahun 2000, suami saya tidak ada sopir, dia tidak pernah di VIP. Kami biasa melakukan apa pun, yang kita punya. Tidak ada post power syndrome. Jadi dari gaya hidup seperti itu, karena kita apa adanya," katanya.
Cara demikian, diyakini Khofifah, akan menuntun pada penanaman nilai anti korupsi. "Kita mulai dari diri masing-masing, berharap tidak melakukan sesuatu di luar batas kemampuan dirinya dan batas kemampuan keluarganya," ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan merebaknya tren konsumerisme, terutama pada perempuan atau istri juga bisa menjadi pemicu korupsi. "Akhirnya kemudian dia punya kebutuhan ekstra dari pemenuhan kebutuhan dasar sehingga dia melakukan sesuatu di luar batas kemampuan sampai kepada penuntutan. Dia menuntut keluarganya, menuntut suaminya, sampai batas-batas yang mewah," tuturnya.
(hel)