Jakarta, CNN Indonesia -- "
Museum DPR dimana ya?"
"
Belum pernah ke Museumnya."
Begitulah tanggapan dari sejumlah anggota dewan saat ditanya mengenai keberadaan Museum DPR. Memang, saat ini Museum DPR menjadi salah satu perhatian publik. Alasannya, Pimpinan DPR bersama Badan Usaha Rumah Tangga (BURT) baru saja mengumumkan rencana untuk membangun fasilitas baru, seperti perpustakaan, museum dan
research center.
Sebelumnya, Ketua DPR Setya Novanto sempat mengatakan fasilitas baru itu rencananya akan dibangun dengan konsep modern, yang nantinya akan menjadi ikon nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, tidak semua penghuni komplek parlemen mengetahui soal museum tersebut. Museum DPR seperti luput dari perhatian publik dan juga anggota dewan.
Sangat mungkin hal itu terjadi karena gelapnya jalan lorong menuju Museum yang terletak di lantai dua Gedung Nusantara.
Tak hanya itu, museum DPR pun terasa sangat tertutup. Karena, tamu komplek parlemen tidak dapat setiap saat mengunjungi tempat koleksi mengenai hal-hal keparlemenan bangsa Indonesia itu.
Masyarakat, termasuk awak media harus membuat janji secara tertulis lebih dahulu, jika ingin masuk ke dalam museum.
"Enggak ditarikin biaya. Cuma kita minta bikin janji aja secara tertulis. Kalau kemarin kan belum tertata. Seperti ini sudah mulai Januari 2015 kemarin," ujar satu-satunya staf pengurus Museum DPR yang enggan menyebutkan namanya itu.
Pendirian Museum DPR ini diprakarsai pimpinan MPR/DPR periode 1987-1992 dengan M Kharis Suhud sebagai Ketua dan R Soekardi, Saiful Sulun serta H. Naro sebagai wakil ketua.
Rencana pendirian museum ini dimulai dengan pembentukan yayasan bernama Yayasan Museum DPR-RI yang diketuai HJ Naro.
Selanjutnya, panitia membuat cetak biru pembangunan gedung museum serta membentuk tim khusus. Tim ini bertugas melakukan studi banding ke parlemen di luar negeri dan mengumpulkan koleksi berupa dokumen dan barang yang berkaitan dengan parlemen Indonesia sejak 1945.
Pada periode 1992-1997, DPR melakukan pengembangan museum dengan memperbanyak koleksi dan memperbaiki tata ruang. Tanda tangan ketua DPR kala itu, Harmoko, terukir di dekat pintu keluar sebagai penanda peresmian museum ini pada 1997 silam.
Anggota Fraksi Partai Golkar, Tantowi Yahya, menyatakan dukungannya atas rencana modernisasi Museum DPR. Tantowi, yang telah duduk di kursi anggota dewan selama dua periode ini, mengatakan hal tersebut nantinya dapat mendekatkan masyarakat dengan anggota dewan.
"Untuk menunjukkan capaian-capaian dari para anggota dewan. Di tengah cibiran yang diberikan oleh masyarakan selama ini," ujar Tantowi.
(meg)