Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Jokowi menyatakan tak ada lobi khusus pemerintah Filipina kepadanya dalam keputusan pemerintah RI menunda eksekusi terpidana mati kasus narkoba Mary Jane Fiesta Veloso, Rabu (29/4). (Baca penjelasan
Jaksa Agung: Eksekusi Mary Jane Ditunda atas Instruksi Jokowi)
“Tidak ada lobi-lobi,” ujar Jokowi di Jakarta.
Apa yang dilakukan pemerintah Filipina, kata Jokowi, ialah mengirim surat berisi penjelasan bahwa negara itu sedang memperoses hukum soal perdagangan manusia, dan karenanya membutuhkan keterangan Mary Jane untuk mengungkap kasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami menghargai proses hukum itu. Eksekusi (Mary Jane) tidak dibatalkan. Ini penundaan,” kata Jokowi.
Dalam pertemuan antara Jokowi dan Presiden Filipina Benigno Aquino III di sela acara Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-26 di Kuala Lumpur, Malaysia, Jokowi pun menyebut tak ada lobi.
“Kami sudah bertemu di Kuala Lumpur. (Benigno) tidak ada telepon ke saya," ujar Jokowi.
Simak FOKUS:
Setelah Bedil MenyalakSecara terpisah dalam konferensi pers di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jaksa Agung Prasetyo menyatakan dalam permohonan pemerintah Filipina ke RI, mereka mengatakan memiliki bukti dan fakta bahwa Mary Jane merupakan korban perdagangan manusia.
Selain itu, Selasa kemarin (28/4) perekrut dan penjebak Mary Jane yang bernama Kristina menyerahkan diri ke Kepolisian Filipina.
“Kami memberikan kesempatan kepada pemerintah Filipina untuk mengungkap kebenaran kejahatan perdagangan manusia ini,” kata Prasetyo.
Mary Jane dini hari tadi telah dibawa keluar dari Nusakambangan yang menjadi lokasi eksekusi mati. Ia kini kembali ke LP Wirogunan di Yogyakarta, tempat ia mendekam beberapa tahun belakangan setelah ditangkap karena kedapatan membawa narkoba di Bandara Adisucipto.
Baca juga:
Seribu Lilin demi Selamatkan Mary Jane dari Eksekusi MatiBanjir Doa untuk Terpidana Mati Mary Jane Jelang EksekusiMary Jane ke Anaknya: Kalau Tak Pulang, Mama Menghadap Tuhan (agk)