Jakarta, CNN Indonesia -- Beda Presiden, beda pula caranya berinteraksi dengan aliansi pekerja jelang peringatan Hari Buruh Internasional. Jika dulu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengundang perwakilan buruh dalam pertemuan formal, Presiden Joko Widodo kali ini memilih menggelar pertemuan dengan 12 perwakilan organisasi buruh di meja makan secara informal.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said Iqbal mengatakan, karena bersifat informal, obrolan meja makan dengan Presiden saat itu berlangsung santai. Menu yang disajikan juga bukan seperti menu mewah restoran.
"Menunya masakan padang, tapi enak," kata Iqbal, salah satu perwakilan buruh yang diundang Jokowi kepada CNN Indonesia, Kamis (30/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jamuan masakan padang sebagai menu makan siang itu diadakan Selasa kemarin (28/4) di Istana Kepresidenan. Beberapa aliansi buruh yang diundang Jokowi saat itu adalah KSPI, Migrant Care, KSPI, KSBSI, Serikat Pekerja TSK, OPSI, dan lain-lain.
Pada santap siang itu, Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, Deputi IV Staf Kepresidenan Eko Sulistyo, dan Staf Khusus Sekretaris Kabinet Teten Masduki.
Baik Jokowi maupun perwakilan buruh, menurut Iqbal, saling melempar pandangan dan menanggapi pandangan yang disampaikan satu sama lain.
"Kami sampaikan rencana peringatan May Day dan isu buruh," katanya. Semua tuntutan yang akan disampaikan aliansi buruh pada May Day esok Jumat (1/5) pun sesungguhnya sudah disampaikan kepada Jokowi.
Perwakilan Migrant Care saat itu juga menyampaikan soal tenaga kerja Indonesia yang ada di luar negeri dengan segala permasalahannya. Presiden Jokowi lantas menanggapi dengan berjanji akan memberikan perhatian khusus lewat regulasi yang sudah ada.
Simak FOKUS:
Nasib Buruh Era JokowiIqbal lantas membandingkan dengan era SBY. Tahun lalu ia juga diundang oleh SBY sebelum May Day. Bedanya, ketika itu pertemuan dilaksanakan secara formal. Tak ada komunikasi dua arah yang intensif. Perwakilan buruh hanya sekadar menyampaikan pandangan. SBY juga hanya menyampaikan pandangannya soal isu buruh.
Secara gaya dan simbolik dari adat ketimuran, pendekatan yang dilakukan Jokowi diakui Iqbal lebih patut diapresiasi. Namun ia berharap pendekatan personal yang dilakukan Jokowi ituharus ditindaklanjuti dengan penerapan kebijakannya.
Lobi meja makanAliansi buruh, menurut Iqbal, tidak akan terpengaruh dengan diskusi meja makan yang dilakukan Jokowi. Apalagi lobi meja makan memang kerap dipakai Jokowi sejak ia menjadi Wali Kota Solo.
"Bagi kami siapapun presidennya, jika kebijakannya tidak berpihak pada kepentingan buruh, maka tentu akan ada tekanan dalam bentuk lobi dan aksi," kata Iqbal.
Saat jadi Wali Kota Solo, lobi meja makan Jokowi sukses memindahkan ratusan pedagang kaki lima dari kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan.
Saat menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi juga menerapkan hal yang sama sebelum menata Pasar Tanah Abang. Berulang kali dia mengundang tokoh masyarakat atau pun masyarakat biasa yang berkaitan dengan Pasar Tanah Abang untuk makan siang bersama.
Makan siang tak resmi pertama sebagai presiden dilakoni Jokowi bersama para
influencer di media sosial. Pengamat musik sekaligus Pemimpin Redaksi Rolling Stones Adib Hidayat yang ikut makan siang itu mengaku dihubungi mendadak pihak Istana. Dia tidak tahu siapa saja yang diundang, untuk alasan apa, dan apakah Jokowi ikut serta atau tidak. “Kita baru tahu Pak Jokowi ikut makan ya saat kita mau makan siang itu di Istana,” katanya. (Baca juga:
Menunggu Lobi Makan Siang Jokowi nan Sederhana)
Dalam makan siang itu, Jokowi lebih banyak meminta masukan para
influencer itu. Salah satu yang diusulkan dalam makan siang itu, ungkap Adib, adalah perlunya juru bicara buat Jokowi dengan kemampuan komunikasi yang baik serta mudah diakses publik. Tak lama berselang, Kantor Staf Kepresidenan menyebutkan bahwa tiga deputi mereka sekaligus akan merangkap menjadi juru bicara.
Pertengahan bulan ini, Jokowi juga mengundang makan siang beberapa pengamat politik. Saat itu hidangan yang dihidangkan Istana adalah sayur lodeh disertai beragam lauk dari mulai tahu, tempe, udang, ayam goreng hingga tempe mendoan.
Pertemuan itu juga bersifat informal karena dalam undangan hanya dinyatakan acara makan siang. "Seperti makan siang di rumah tapi enak dan nikmat," kata pengamat politik Populi Center Nico Harjanto yang ikut dalam jamuan makan siang tersebut.
Jamuan-jamuan makan itu tentu diharapkan dapat memberi manfaat nyata bagi publik.
Baca juga:
May Day, Buruh Indonesia Terpecah soal Pembentukan Partai (sur/agk)