Keluarga Korban Yakin Dalang Kekerasan Mei 98 dari Militer

Basuki Rahmat & Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Selasa, 12 Mei 2015 18:23 WIB
Sekretaris Umum IKOHI Zaenal Muttaqin mengatakan hal tersebut berdasarkan laporan Tim Gabungan Pencari Fakta kasus Mei 98.
Sejumlah Mahasiswa Triksakti melakukan aksi diam dalam rangka peringatan "17 tahun Tragedi Mei 1998," di Rawasari, Jakarta, Selasa (12/5). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Umum Ikatan Orang Hilang Indonesia (IKOHI) Zaenal Muttaqin yang juga merupakan keluarga korban penculikan aktivis yakin militer merupakan pelaku di balik Tragedi Mei 1998. Alasannya, telah terkumpul bukti kuat bahwa pelakunya adalah militer.

Zaenal mengatakan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) telah menemukan pada 14 Mei 1998, sejumlah pria berambut cepak dan berbadan tegap membawa jerigen bahan bakar untuk membakar Yogya Plasa, Jakarta Timur secara sengaja. (Lihat Juga: FOKUS Menanti Sikap Jokowi soal Mei 98)

"Yogya Plasa dijadikan target karena mereka yakin bahwa pemiliknya berasal dari etnis Tionghoa. Dari fakta yang ada, jelas sekali bahwa itu ulah militer," kata Zaenal saat ditemui di Mal Citra Klender, Jakarta Timur, Selasa (12/5). Yogya Plasa kini berubah nama menjadi Mal Citra Klender.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zaenal menjelaskan pola kerusuhan saat Tragedi Mei 1998 sama di berbagai tempat. Dia mengatakan tersulut provokasi dan kebencian terhadap etnis Tionghoa, sekelompok orang melakukan penjarahan ke pusat perbelanjaan seperti mal dan toko. "Bukan hanya itu, mereka juga mengunci mal dan membakar tempat tesebut," katanya. (Baca Juga: Ahok Minta Jokowi Tuntaskan Penegakan Hukum Tragedi Mei 98)

Ia mengatakan pola yang sama terjadi di Solo. Kejadiannya hampir sama, yaitu dimulai dengan adanya provokasi untuk membenci etnis Tionghoa. "Makanya kami yakin kerusuhan itu sudah terencana. Ratusan orang meninggal karena terjebak di dalam mal," kata Zaenal.

Meski demikian, dia menyampaikan tidak ada catatan pasti mengenai korban Tragedi Mei 1998. "Namun dari perhitungan kasar ditemukan bahwa korban di Mal Klender sekitar 200 orang, dengan jenazah yang teridentifikasi hanya sekitar 27 orang," katanya. Sementara di Solo, korban diperkirakan mencapai 300 orang.  (Lihat Juga: Mencari Adil Tragedi Mei 98)

Sementara itu, diwawancarai secara terpisah, Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia (Kapuspen TNI) Mayor Jenderal TNI M. Fuad Basya mengatakan pernyataan IKOHI sebagai bentuk tudingan kepada pihak TNI. (Lihat Juga: JK: Pemerintah Sudah Upaya Maksimal usut Tragedi Mei 98)

Oleh karenanya, Faud menolak menanggapi lebih jauh soal pernyataan IKOHI tersebut. “Kalau seperti itu menuding, kami TNI tidak mau menanggapi. Kami tidak mau ada tuding menuding,” ujar Fuad saat dihubungi CNN Indonesia, Selasa (12/5).

Fuad menyatakan seharusnya pihak IKOHI meminta penjelasan secara langsung dan resmi ke TNI. “Bisa ke saya melalui surat resmi yang dilayangkan nanti akan TNI jawab dan jelaskan juga melalui surat atau pernyataan resmi,” kata Fuad. “Jadi tidak ada tuding menuding, harus bisa dipertanggungjawabkan.”

Fuad juga mengingatkan bahwa saat ini yang terpenting yaitu seluruh komponen masyarakat harus bisa melihat masa depan bangsa. “Lihat ke depan, masa depan bangsa ini,” ujar Fuad dengan tegas. (utd/utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER