Eks Kapolda: Konflik di Papua Tak Selalu Berbau Politik

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Rabu, 27 Mei 2015 17:40 WIB
Konflik di Papua tidak hanya masalah politik atau separatisme, tak jarang murni kriminal dengan motif ekonomi.
Petugas berjaga di dekat perbatasan RI dengan Papua Nugini di wilayah Skouw, Jayapura, Papua, Jumat (8/5). (Antara/Hafidz Mubarak A.)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Kapolda Papua Tito Karnavian yang sekarang menempati jabatan sebagai Asisten Perencanaan Polri, mengatakan, konflik yang terjadi di Papua tak hanya disebabkan oleh masalah politik atau upaya separatisme. Tito mengungkapkan adanya kelompok tertentu yang 'ikut mendompleng' isu agar kondisi keamanan di Papua terganggu.

"Memang ada beberapa kelompok kriminal bersenjata di beberapa tempat, seperti Puncak Jaya, Lani Jaya, Paniai, dan Timika," kata Tito kepada CNN Indonesia saat ditemui di kawasan Gambir, Jakarta Pusat. Menurut dia, keempat tempat tersebut memang paling rawan di Papua. (Baca juga: Dua Tentara Kabur dari Penyanderaan Kelompok Bersenjata Papua)

Lebih jauh lagi Tito menjelaskan, motif yang dilakukan kelompok bersenjata salah satunya adalah masalah ekonomi. Fakta ini didapatkan Tito saat melakukan dialog melalui beberapa orang saat ia menjabat sebagai Kapolda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak semuanya masuk dalam agenda atau kelompok yang pro kemerdekaan. Ada juga kriminal yang nyari uang, menekan masyarakat," ujarnya. "Jadi campur-campur motifnya. Tidak semata-mata motif politik tapi banyak juga motif ekonomi."

Namun, memang jumlah kelompok kriminal ini menurut Tito tak terlalu besar dibandingkan dengan jumlah kelompok separatis. "Perbandingan tidak terlalu besar," ungkap Tito. (Baca juga: Tahanan Politik Filep Karma Tolak Ajukan Grasi ke Jokowi)

Salah satu konflik bersenjata yang terjadi di Papua adalah Tragedi Paniai pada Desember 2014 lalu yang menewaskan empat pemuda. Ada juga konflik senjata antara TNI dan Organisasi Papua Merdeka pada 2014 lalu yang menewaskan anggota OPM dan TNI.

Selain itu, lima anggota TNI juga pernah dikabarkan tewas ditembak oleh kelompok sipil bersenjata di dua lokasi berbeda, yaitu di Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Puncak.

Penjualan Amunisi


Konflik senjata yang marak terjadi di Papua ternyata salah satu penyebabnya adalah adanya praktik penjualan amunisi di Papua.

Dalam diskusi publik yang dilakukan oleh Budayawan Papua, Benny Giai beberapa waktu lalu, ia mengungkapkan memang ada praktik jual beli senjata dan amunisi oleh aparat. Benny menyebutkan, antara bulan Agustus sampai November tahun lalu hampir setiap minggu TNI/Polri menjual senjata dan amunisi. (Baca juga: Beda Jumlah Tahanan Politik Papua Versi Pemerintah & Aktivis)

Tito pun membenarkan hal itu. Namun, para pelaku menjualnya bukan atas nama institusi melainkan sebagai oknum. "Ada beberapa oknum. Anggota oknum ini sisa peluru latihan kemudian dijualkan. Harganya kan cukup mahal," ungkap Tito.

Ia juga mengungkapkan beberapa dari oknum tersebut sudah ditangkap bahkan sudah ditahan. "Ada yang sudah diungkap. Ada beberapa dari TNI, ada beberapa dari Polri," kata Tito. (Baca juga: Jokowi Dianggap Hancurkan Dua Tabu di Papua)

Dihubungi secara terpisah, Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya juga menyatakan bahwa TNI tidak pernah melakukan penjualan senjata atau pun amunisi di Papua. Namun, ia mengungkapkan ada kemungkinan penjualan itu dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.

Lebih lanjut ia menjelaskan kalau adanya jual beli senjata atau amunisi di Papua karena adanya permintaan. “Ada yang perlu senjata atau amunisi, lalu ada yang perlu uang,” tuturnya saat dihubungi Jumat (22/5) lalu. (Baca juga: Permintaan Jokowi agar Tapol Papua Ajukan Grasi Dikecam) (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER