Jakarta, CNN Indonesia -- Siang itu sekira medio tahun lalu, Bupati Sidoarjo, Saiful Illah tengah duduk di ruang kerjanya. Pintunya diketuk. Seorang stafnya masuk dan menyerahkan kepadanya sebuah foto.
Agak mengkerut mukanya ketika dia melihat foto itu. “Ada poster yang ditancapkan di Lumpur Lapindo. Tulisannya, “Bupati Sidoarjo Cangkeme Bosok (muluknya busuk),” katanya saat berbincang dengan CNN Indonesia, Jumat (29/5). Dalam Bahasa Indonesia, tulisan dalam poster itu artinya Bupati Sidoarjo bermulut busuk.
“Ya kalau membaca itu gimana ya rasanya. Saya sudah berusaha menjalankan amanah sebagai fasilitator antara warga saya dengan Lapindo dan pemerintah pusat untuk menyelesaikan soal Lapindo ini. Ya itu saya lihat bagian dari menjalankan amanah lah,” ujarnya, tersenyum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abah Ipul, begitu dia biasa disapa, adalah sosok yang hangat, cenderung blak-blakan dan suka berbicara dengan Bahasa Indonesia dicampur dengan Bahasa Jawa khas Jawa Timuran.
Sejak semburan lumpur keluar dari Sumur Banjarpanji-1 Porong, Sidoarjo, milik PT Lapindo Brantas Inc. 29 Mei sembilan tahun lalu, bisa dibilang hidup politisi PKB ini kemudian melekat dengan Lumpur Lapindo. “Waktu semburan awal, saya ya langsung ngurusin. Wong waktu itu saya wakil bupati,” jelasnya.
(Baca juga: Hari Ini, Sembilan Tahun Sidoarjo Digempur Lumpur)
Saat semburan pertama, Abah Ipul masih menjadi Wakil Bupati Sidoarjo. Dia menjadi wakil dari Bupati Win Hendrarso. Abah Ipul yang kelahiran 9 Agustus 1945 mengaku sudah tidak ingat lagi berapa kali dia bolak-balik Sidoarjo-Jakarta untuk mengurusi masalah Lumpur Lapindo.
“Pokoknya hampir apapun yang berkaitan dengan Lumpur Lapindo, apakah itu saya menyampaikan aspirasi warga saya, atau pun dipanggil pemerintah pusat soal ini, saya pasti datang,” kata dia.
Sembilan tahun mengurusi perkara yang pelik dan banyak kepentingan sebagaimana Lumpur Lapindo tentulah membutuhkan banyak hal. Abah menyadari itu. Tetapi anehnya, dia mengaku tak pernah letih mengurusi. “Mau bagaimana, itu kan urusan warga saya. Amanah warga saya. Saya harus menjalankannya,” katanya.
Dia mengaku banyak hal yang dikorbankan untuk mengurusi semburan lumpur yang telah menenggelamkan sekitar 400 hektare apapun yang ada di sekitarnya dan 300 hektare wilayah lainnya yang ikut terdampak. Waktu, tenaga, pikiran dan pastinya uang.
Sejak semburan itu, setiap Lebaran, para korban itu pasti datang ke rumahnya. Abah Ipul pastinya tak bisa menolak. Kemudian ada saja yang diminta mereka atau yang diberikan Abah Ipul. “Ya mereka juga kan ingin Lebaran,” ujarnya.
(Baca juga: Korban Lapindo: Hidup Sudah Susah, Kami Tunggu Ganti Rugi)Mantan manajer klub sepak bola Deltras Sidoarjo mengaku kadang stres juga jika memikirkan peliknya persoalan Lumpur Lapindo. Agar tak terlalu stres memikirkan Lumpur Lapindo dan persoalan lainnya, Abah Ipul mengaku menjalani dengan sersan saja.
“Saya ini serius tapi santai, sersan. Semua pekerjaan, saya kerjakan dengan serius tapi santai. Kalau memang waktunya harus istirahat dan tidur ya saya istirahat dan tidur. Kalau ndak begitu, wah bahaya saya,” katanya lalu tertawa.
Mengaku banyak saja ngobrol dengan orang-orang yang dekat dengan dia membuatnya Sersan. Membicarakan banyak hal, mulai hal penting sampai hal yang tidak penting, sebutnya. Terkadang dari pembicaraan itu muncul beberapa pilihan atas perkara Lumpur Lapindo.
“Lumpur Lapindo ini kan persoalan besar, tidak bisa diselesaikan satu orang saja. Makanya saya sering ngobrol saja,” ujar Wakil Ketua Asosiasi Pemerintahan Daerah Seluruh Indonesia ini.
(Baca juga: Sembilan Tahun Bencana Lapindo, Jokowi Diminta Hukum Pelaku)
Foto poster yang diterima Abah Ipul siang pertengahan tahun lalu, disebutnya adalah bukti bahwa kasus Lumpur Lapindo ini banyak sekali muatan politiknya. Menurutnya ini juga yang membuat solusi atas bencana ini jadi makin sulit dicapai. “Banyak politiknya,” ujarnya.
Memang, sejak semburan lumpur, hampir semua politisi yang hendak merebutkan posisi tertentu, selalu datang ke lokasi Lumpur Lapindo. Menemui warga yang jadi korban, memberikan janji bahwa akan menyelesaikan persoalan ini, terutama ganti rugi bagi para korban. Setelah itu ditutup dengan pemberian bantuan kepada korban.
Motifnya, ungkap Abah Ipul yang juga Ketua Forum Masyarakat Sidoarjo ini bisa menjelek-jelekkan pemerintah daerah, pemerintah pusat atau mengambil keuntungan semata atas kasus ini. Abah Ipul menyebutnya ini adalah hal yang tak terhindarkan dari sebuah era kebebasan dan demokrasi.
(Baca juga: Jokowi Janji Bayar Dana Talangan Lapindo Sebelum Lebaran)Abah Ipul hanya tertawa saja ketika dia disebut mengambil keuntungan politik juga atas kasus Lumpur Lapindo. Abah Ipul pun mengalihkan pembicaraan dengan menyebutkan, sebagai fasilitator, dia harus mampu menjadi jembatan antara warga dengan pemerintah pusat dan dengan pihak Lapindo Brantas Inc.
Tugas utamanya, papar dia adalah menyampaikan semua pesan dengan jelas antar ketiga pihak, tidak ada yang ditutup-tutupi. “Terutama kepada warga saya. Saya harus menjelaskan sejelas-jelasnya,” tuturnya.
Meski demikian, sebutnya, masih ada saja warganya yang ngotot agar solusi itu sesuai dengan keinginannya sendiri, atau tidak bisa menangkap dengan jelas apa yang disampaikan. Bagi Abah Ipul, itu menjadi tanggung jawab dia sebagai fasilitator.
Saat berbicara dengan pemerintah pusat, Abah Ipul menyatakan bahwa pemerintah dan pihak Lapindo berjanji akan memberikan ganti rugi pada para korban Lumpur Lapindo yang belum menerima sebelum Lebaran tahun ini.
(Baca Lapindo: Ganti Rugi Korban Lumpur Dibayar sebelum Lebaran)Hanya saja, tutur Abah Ipul, rencana ini membuat beberapa orang yang akan membagikan ganti rugi itu merasa ketakutan. “Takut nanti ada temuan-temuan terkait pemberian ganti rugi itu,” ucapnya.
Makanya, Abah Ipul mengusulkan pembentukan tim verikasi saat pemberian ganti rugi itu. Tim verifikasi ini salah satu anggotanya adalah dari kejaksaan dan kepolisian. Mereka nanti ikut mengecek dan menghadiri pemberian ganti rugi pada warga. “Kalau begitu kan aman, soalnya mereka yang langsung ngawasi. Jadi kalau ada apa-apa, bisa dicegah,” katanya.
(Baca juga: Kemenkeu dan Minarak Lapindo Belum Bahas Bunga Dana Talangan)Abah Ipul berharap pada tahun ke sembilan ini, urusan ganti rugi kepada warga yang jadi korban Lumpur Lapindo benar-benar kelar. Dia juga ingin waktunya tidak hanya terkuras untuk urusan Lumpur Lapindo. Dia berharap bisa mulai melakukan hal lain untuk memajukan Sidoarjo. “Bagaimanapun juga, saya ini Bupati Sidoarjo,” kata dia.