Kartu Sakti Jokowi Banyak Tak Dimengerti

CNN Indonesia
Rabu, 03 Jun 2015 06:54 WIB
Sampai saat ini masih banyak juga warga yang bahkan tidak tahu mereka sudah terdaftar sebagai penerima KIS, KKS, dan KIP.
Presiden Joko Widodo (kanan) ketika menyerahkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) kepada warga di daerah Kampung Melayu, Jakarta, Rabu (13/8). Sebanyak 1.800 keluarga di Kampung Melayu mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera, 258 siswa mendapatkan Kartu Indonesia Pintar, 627 orang mendapat Kartu Indonesia Sehat, dan 260 orang mendapatkan Kartu Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
Magelang, CNN Indonesia -- Program “kartu sakti” yang dicanangkan oleh Kabinet Kerja di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo ternyata banyak belum dimengerti kegunaannya oleh masyarakat luas. Kondisi ini terlihat saat pembagian kartu yang terdiri dari Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Magelang, Jawa Tengah, Selasa (2/6).  

"Ini kartu sehat. Ehm....buat apa ya...ehm....belum tahu," kata seorang warga Desa Borobudur, Munhamirotun, ketika ditemui CNN Indonesia di depan Balai Desa Borobudur, Magelang, Selasa (2/6).

Sama halnya dengan Munhamirotun, warga desa lain yakni Suroyo juga mengaku belum tahu manfaat kartu sakti yang ada di tangannya. "Saya belum tahu. Belum dikasih tahu," ujar Suroyo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih jauh lagi, menurut Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Borobudur Sodiqasnawi, masih banyak juga warga yang bahkan tidak tahu mereka sudah terdaftar sebagai penerima KIS, KKS, dan KIP sehingga banyak yang merasa mendapat secara tiba-tiba.

"Kami sudah kirim data mereka ke pusat, tidak diumumkan jadi belum tahu. Soalnya kalau nanti diumumkan sebelumnya kan belum tentu lolos verifikasi datanya. Belum tentu mereka jadi dapat," ujar Sodiq memberi alasan.

Sodiq menjelaskan, terkadang banyak warga yang sudah merasa mereka bakal mendapat bantuan padahal baru melalui tahap pendataan dan belum tentu layak menerima bantuan.

"Kalau didata saja mereka sudah nagih, mana, mana, mana? Kami datang saja dikira ada bantuan. 'Mau ngasih apa?' kata mereka," ujar Sodiq. "Jadi kalau sudah turun baru dikasih tahu."

Untuk itu, menurut Sodiq, warga membutuhkan penjelasan yang lebih mendasar lagi tentang program kartu sakti Jokowi tersebut. Hal ini dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menggunakannya. "Jadi memang kalau di tingkat bawah pelan-pelan penjelasannya," ucap Sodiq.

Pelaksanaan jaminan kesehatan

Meski baru kali pertama mendapatkan KIS, KIP, dan KKS, namun warga Magelang sebenarnya sudah akrab dengan program seperti ini. Apalagi dengan KIS, sebab sebelumnya ada program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Mereka menganggap program ini berbeda padahal sebenarnya sama saja.

Sodiq pun berharap program kartu sakti nantinya bisa lebih baik Jamkesmas. Pasalnya, pelaksanaan Jamkesmas masih menemui banyak kendala.

"Biasanya pada Jamkesmas klaim dan pelayanan rumah sakit kurang maksimal. Kadang kami dinomorduakan," jelas Sodiq. (Baca: Jokowi: Lapor Presiden Kalau Tak Dilayani RS)

Ia juga mengatakan, seringkali penerima Jamkesmas mendapat pelayanan yang berbeda dari pasien yang lainnya. "Pelayanannya tidak secepat yang bayar," ujarnya.

Tapi, Sodiq mengatakan tidak ada peserta yang mengalami kasus penolakan di rumah sakit ketika memakai Jamkesmas. Menurut Sodiq masyarakat sudah tahu dan sudah paham prosedur yang harus dilakukan ketika mereka sakit.

"Prosedurnya sudah tahu. Pertama mereka ke puskesmas pembantu, baru dirujuk. Kecuali kondisinya darurat," kata Sodiq.

Bahkan, Sodiq mengatakan masyarakat desa justru lebih tertata dan lebih tertib. "Masyarakat lebih tertata saya kira. Lebih nurut kalau dikasih tahu," ujarnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER