Muhammadiyah: JK Minta Ritual Beragama Jangan Mengganggu

Helmi Firdaus | CNN Indonesia
Senin, 08 Jun 2015 19:26 WIB
PP Muhammadiyah menilai pernyataan JK agar rekaman mengaji dihentikan diputar di masjid adalah peringatan agar ritual jangan mengganggu.
Wapres Jusuf Kalla (kiri) dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla (kanan) berfoto bersama menteri Kabinet Kerja beserta pasangannya di tangga Istana Merdeka, Jakarta, Senin (27/10). (ANTARA/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengurus Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas menilai, pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang meminta agar masjid menghentikan memutar kaset yang berisi orang mengaji adalah peringatan bagaimana kita melakukan ritual ibadah. JK, lanjut, Abbas, mengingatkan kita agar jangan sampai ritual agama yang kita lakukan itu mengganggu orang lain apalagi sampai mengancam orang lain.

“Pak JK bukanlah ahli agama, tapi Pak JK adalah muslim yang beragama dengan baik. Mungkin dia sedang berusaha memaknai apa yang terjadi dengan bagaimana kita menjalankan ritual agama. Dia ingin jangan sampai mengganggu orang lain,” ujar Abbas saat dihubungi CNN Indonesia, Senin (8/6).

Abbas melihat, sekarang ini banyak muslim yang dalam menjalankan ritual banyak mengganggu kepentingan orang lain. Seperti menggunakan pelantang suara yang kurang tepat penggunaannya, sampai dengan menutup jalan umum. Ritual yang mengganggu ini ada baiknya mulai disikapi dengan lebih bijaksana oleh umat muslim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Abbas, Islam menganjurkan orang untuk mengaji, juga mendengarkan orang mengaji. Dia menyarankan untuk tidak berpolemik soal apakah itu mengaji dari kaset atau tidak. Abbas menambahkan, jika masjid memutuskan untuk memutar kaset berisi orang mengaji, ada baiknya dilakukan jangan terlalu jauh dari waktu salat. Dia menyontohkan, jika subuh setengah lima pagi, ada baiknya baru memutar kaset berisi orang mengaji 5-10 menit sebelum azan.

“Jangan diputar keras-keras sejak jam setengah tiga pagi. Tapi kemudian marbotnya lanjut tidur. Itu kan mengganggu orang lain,” ungkapnya.

Abbas menambahkan, akan lebih baik jika mengaji di masjid itu tidak menggunakan kaset, tetapi orang-orang di sekitar masjid, terutama marbot untuk mengaji dengan suara biasa tanpa menggunakan pelantang suara. Jika itu dilakukan, maka tidak sampai akan menggunggu. “Sebenarnya itu yang utama,” tuturnya.

Sebelumnya, JK saat pembukaan Ijtima Komisi Fatwa MUI di Tegal menyayangkan maraknya rekaman pengajian yang diputar menggunakan kaset sebelum dimulainya salat di masjid-masjid. Menurutnya rekaman pengajian seperti itu berpotensi menimbulkan “polusi suara” dan dinilai juga tak mampu memberikan pahala pada individu yang mengaji.

"Berhentikan itu, apa urusannya Anda mengaji pakai kaset, tidak ada pahalanya itu. Kalau ada pahalanya, itu orang Jepang yang dapat karena itu pasti pakai Sony," kata JK dalam pidato

JK, yang menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengatakan pemutaran rekaman mengaji lewat kaset tidak efektif dan efisien serta malahan mengganggu ketenangan masyarakat sekitar. Ditambah lagi mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam membuat banyaknya masjid dalam jarak dekat dan juga membuat tumpang tindih suara di antara masjid tersebut.

"Ini pengalaman saya kemarin jam empat pagi saya sudah dibangunkan empat masjid dan dihajar pengajian kaset," kata mantan Ketua Umum Partai Golkar ini. (hel/hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER