BNN Perketat Pengamanan Pintu-pintu Masuk Narkotik

Panji Sasongko | CNN Indonesia
Jumat, 12 Jun 2015 16:21 WIB
Badan Narkotika Nasional memastikan pihaknya telah diterjunkan ke titik-titik kedatangan jaringan narkotik internasional.
Sejumlah petugas Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Barat dan petugas Aviation Security membawa tersangka penyeludup narkotika jenis sabu-sabu berinisial M (tengah) setibanya di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Selasa (24/2). BNNP Jawa Barat bekerja sama dengan Kepolisian Di Raja Malaysia berhasil menangkap tersangka asal Madura, Jawa Timur yang diduga merupakan jaringan Internasional itu dari pengembangan kasus penangkapan tiga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal yang membawa sabu-sabu seberat 768,8 gram atau senilai Rp 1,3 miliar. (ANTARA FOTO/Novrian Arbi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Narkotika Nasional mengatakan rencana untuk meningkatkan pengawasan terhadap seluruh pintu masuk peredaran narkoba di Indonesia. Pelabuhan-pelabuhan tidak resmi dipastikan menjadi target pantauan BNN.

Penangkapan warga negara Nigeria, Cina dan Iran yang memasukkan narkoba jenis sabu ke Indonesia dalam jumlah besar menunjukkan adanya jaringan internasional yang menyasar pasar di Indonesia selama ini.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BNN Komisaris Besar Slamet Pribadi menyatakan pemantauan jalur masuk tersebut akan dikonsentrasikan oleh Direktorat Interdiksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini ada petugas-petugas bagian Interdiksi yang ditempatkan di pelabuhan, udara, laut dan perbatasan," ujarnya di gedung BNN, Jakarta, Jumat (12/6).

Slamet menyatakan bahwa wilayah perbatasan yang sangat luas menjadi salah satu faktor masih munculnya titik-titik masuk peredaran narkotik di Indonesia dari luar negeri.

Selain itu, kurangnya sumber daya manusia (SDM) dan sarana penunjang peralatan deteksi menjadi salah satu faktor lemahnya pengawasan terhadap jalur pelabuhan laut, sungai, maupun udara dan darat.

Dalam setiap pengungkapan kasus, Slamet menyatakan bahwa BNN bekerjasama dengan seluruh instansi terkait.

Ia menjelaskan, pemberantasan narkoba dilakukan melalui standar operasional yang telah ditentukan yakni mencari dan mempersiapkan data dari data base jaringan internal BNN terlebih dulu. Nantinya data tersebut akan menjadi data intelijen yang dapat membentuk operasional penindakan.

Berdasarkan data proyeksi jumlah penyalahguna narkoba 2014 hingga 2020 yang diterima CNN Indonesia, BNN menjelaskan bahwa ada beberapa kemungkinan penyalahgunaan narkotika.

Pada skenario naik, jumlah penyalahguna akan meningkat dari 4,1 juta (2014) menjadi 5,0 juta orang (2020). Sementara bila skenario turun maka akan menjadi 3,7 juta orang (2020).

Dari segi kerugian biaya ekonomi & sosial penyalahgunaan narkoba, BNN memproyeksikan akan terjadi peningkatan kerugian biaya ekonomi & sosial (sosek) akibat penyalahgunaan narkoba sekitar 2,3 kali lipatnya atau meningkat dari Rp.63,1 trilyun menjadi Rp.143,8 trilyun di tahun 2020.

Selanjutnya, Slamet mengarapkan seluruh instansi terkait dan masyarakat mau proaktif dalam melakukan pengawasan terhadap peradaran dan penggunaan narkotika baik di lingkungan sekitar maupun di luar keseharian. (meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER