Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menyatakan Presiden Joko Widodo telah mengisyaratkan akan melakukan perombakan atau reshuffle kabinetnya.
Buya, sapaan akrab Syafii, mengungkapkan bahwa dirinya telah melakukan pertemuan empat mata dengan Jokowi selama 45 menit. Dalam pertemuan itu, ucap dia, dibahas berbagai permasalahan bangsa, salah satunya soal perombakan menteri.
"Saya lihat isyaratnya, iya (akan melakukan reshuffle kabinet). Tapi saya tidak mau mendahului," ujar Buya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (29/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buya mengaku menyarankan agar Jokowi merombak kabinet dengan mencari menteri yang berkarakter petarung dan berpandangan jauh ke depan agar mampu membantu presiden, bukannya malah menjadi beban. (Baca juga:
Reshuffle, Jokowi Dianggap Tetap Perlu Akomodasi Parpol)
Meski sudah memberikan saran, Buya memahami berat bagi Jokowi melakukan perombakan. Apalagi jika sudah bersinggungan dengan jatah partai politik.
"Mereka punya jatah masing-masing. Sesungguhnya kalau para menteri itu betul-betul orang profesional dan punya visi jauh ke depan, beban presiden akan lebih ringan," kata dia.
Simak FOKUS: Siapa Terdepak dari Kabinet Jokowi?Perombakan menteri ini menurut Buya bukan keinginan pribadi Jokowi, melainkan sebuah keharusan, mengingat rekam jejak selama delapan bulan tidak banyak perubahan. Buya sendiri menilai, perekonomian makin mundur, produk domestik seperti karet, sawit, dan tambang pun menurun harganya.
"Itu juga menyebabkan ekonomi kita rendah, memicu pengangguran luar biasa itu," ujarnya.
Buya merasa delapan bulan adalah waktu yang tepat, bahkan mendesak, untuk melakukan reshuffle. Namun, ia mengaku tidak tahu apakah Jokowi akan memutuskan untuk menunggu hingga satu tahun atau tidak.
"Yang saya inginkan bangsa ini punya masa depan, punya martabat, tidak seperti sekarang," katanya. (Baca juga:
Mendagri Sebut Ada Menteri yang Menghina Jokowi)
Kendati demikian, Buya menolak untuk menyebutkan siapa saja menteri-menteri yang akan menjadi target perombakan. "Enggak mau menyebut ah," ujar dia.
Yang jelas, imbuh Buya, menteri yang akan bertahan tentu yang mampu menjalankan tugasnya dengan sempurna dan berani, sehingga berkontribusi dalam meringankan tugas presiden.
"Sekarang kan nampak tidak terlihat perubahan. Ada Susi yang kontroversi dan segala macam, tapi dia berani. Kita butuh menteri yang seperti itu, tapi di bidang masing-masing," kata dia.
Buya mengatakan, meski menjadi hak prerogatif presiden, kenyataannya saat ini Jokowi tidak bisa lagi memilih menteri yang bukan tokoh parpol. Karena itu jika perombakan kabinet nanto terwujud, Buya berharap kader partai yang ditunjuk menjadi menteri benar-benar sosok profesional, punya integritas, dan tulus ingin berbuat untuk bangsa.
(sur)