Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden RI keenam yang juga purnawirawan TNI, Susilo Bambang Yudhoyono, berdukacita atas kecelakaan pesawat Hercules C-130 TNI Angkatan Udara yang meledak di langit sebelum jatuh menimpa bangunan di Medan, menewaskan lebih dari 100 orang, Selasa (30/6). (Baca
Pesawat Jatuh di Medan: Kecelakaan Besar Hercules TNI yang Ketiga)
“Kita berduka dengan kecelakaan pesawat TNI AU di Medan kemarin. Di bulan suci Ramadhan, para prajurit dirgantara tersebut gugur menjalankan tugas negara. Semoga diterima di sisi Tuhan, dan keluarga tabah menghadapi,” kata SBY lewat akun Twitter-nya, @SBYudhoyono.
SBY juga menyebut nama pilot Hercules, Kapten Penerbang Sandy Permana, secara khusus. “Kapten Pnb Sandy Permana adalah salah satu perwira terbaik TNI AU. Tabahlah ananda Nana Hapsari dan cucunda Putri dan Zahira,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nana atau Fitriana Hapsari ialah istri Kapten Sandy yang bertugas sebagai dokter di TNI AU. Sementara Putri dan Zahira merupakan kedua putri almarhum yang masih kecil, masing-masing berusia 3,5 tahun dan 2 tahun.
Ayah mereka, Kapten Sandy, merupakan siswa terbaik Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara (Sekkau) Angkatan 97. (Baca:
Sebelum Hercules Jatuh, Kapten Sandy akan Naik Pangkat)
Kalem dan gigihKawan sekolah Kapten Sandy di Taruna Nusantara tahun 1998-2002, Beniardi, mengingat rekannya itu sebagai pribadi yang tidak menonjol selama menempuh pendidikan di Magelang, Jawa Tengah.
“Di SMA Taruna Nusantara, almarhum Sandy orangnya biasa saja. Tapi karena kalem, orang lain jadi mudah dekat sama dia," kata Beni kepada CNN Indonesia.
Tiap kali siswa Taruna Nusantara asal Sumatera Selatan berkumpul, Sandy dengan sikap kalemnya justru berhasil merekatkan siswa-siswa yang memiliki ego tinggi. Pria itu pandai melakukan pendekatan personal secara aktif.
"Semua jadi mau kumpul bersama karena pendekatan dia itu," kata Beni.
Di mata Beni, Sandy yang asal Sumatera Selatan itu juga dikenal amat gigih memperjuangkan keinginannya. Beni masih ingat bagaimana Sandy sampai menginap di masjid demi masuk Taruna Nusantara. Ini karena dia tidak memiliki sanak saudara di Magelang.
Sandy juga konsisten mengikuti kegiatan ekstra kurikuler Pramuka meski itu bukan ekskul populer. "Teman-teman lain lebih memilih ekskul tentara atau pasukan berbaris nusantara yang dinilai lebih keren. Tapi Sandy kukuh di Pramuka sampai menjadi pembina penggalang di sana," ujar Beni.
Kegigihan Sandy membuat Beni sejak dulu berpikir karier temannya itu akan melesat. Tebakan itu terbukti benar. Prestasi Sandy seketika terlihat ketika dia bergabung ke dalam TNI Angkatan Udara.
"Masuk AU baru bersinar. Namun sejak awal saya sudah sadar, orang ini ditakdirkan untuk jadi cemerlang," ujar Beni.
Simak Fokus:
Hercules Jatuh di MedanDikutip dari laman TNI AU, Sandy yang berasal dari Skuadron Udara 32 Wing 2 Lanud Abdul Rachman Saleh, Malang, dinobatkan menjadi siswa terbaik lantaran memiliki prestasi lebih baik dibanding 73 siswa lainnya yang lulus berbarengan dengan dia.
Tak hanya itu, Sandy juga menjabat sebagai Ketua Senat Pasis Sekkau Angkatan 97. Di situ jiwa kepemimpinannya semakin tampak secara alamiah.
Namun sebagaimana kecintaannya bermula pada angin yang melesatkan namanya, di situ pula Sandy mesti menemui jalan akhir hidupnya. Dia tewas ketika mengangkasa. Pesawat Hercules yang ia piloti jatuh di Medan dan menewaskan 113 penumpang termasuk 12 awak prajurit AU di dalamnya.
Tak pelak teman-teman Sandy merasa kehilangan. Beni berdoa semoga Sandi mendapat tempat layak di sisi Tuhan.
(agk)