BNPT: Dunia Maya Picu Polisi Jambi Masuk ISIS

Aulia Bintang Pratama, Ike Agestu | CNN Indonesia
Kamis, 02 Jul 2015 08:35 WIB
Brigadir Syahputra ialah polisi yang bertugas di Humas Polres Batanghari, Jambi. Itu sebelum dia melihat sesuatu di internet --yang kemudian mengubah hidupnya.
Brigadir Syahputra, polisi Jambi yang disebut bergabung dengan ISIS dan tewas di Suriah. (Dok. azzamedia.net)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) hingga kini masih menelusuri informasi tentang Brigadir Syahputra, anggota Kepolisian Republik Indonesia yang bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Meski demikian, kabar tersebut sementara ini dibenarkan oleh BNPT.

Penelusuran lebih seksama diperlukan karena sampai saat ini belum jelas di mana keberadaan jasad polisi yang diklaim tewas dalam pertempuran di Suriah melawan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat itu. (Baca: Diklaim Tewas di ISIS, Brigadir Syahputra Tiga Kali Dicari)

“Belum ada kejelasan info di lapangan, termasuk soal posisi jasad yang bersangkutan,” kata Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Inspektur Jenderal Arief Dharmawan kepada CNN Indonesia, Rabu malam (1/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BNPT belum bisa memastikan siapa atau kelompok mana yang memberangkatkan Brigadir Syahputra ke Suriah. Menurut Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Syahputra berangkat ke Malaysia setelah mundur dari Kepolisian, dan dianggap masih berada di Malaysia. (Baca: Diduga Gabung ISIS, Brigadir Syahputra Pergi Lewat Malaysia)

Arief menyatakan informasi dari lapangan menunjukkan Syahputra memutuskan untuk berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS setelah melihat sesuatu di dunia maya alias internet.

“Setelah melihat info di dunia maya, dia langsung memutuskan bergabung (dengan ISIS). Informasi yang kami dapat masih sebatas itu,” ujar Arief.

Ucapan Arief itu sinkron dengan dengan tulisan yang dimuat di azzammedia.net. Situs yang menyebut diri sebagai ‘divisi media Khilafah Islamiyah berbahasa Melayu’ itu menyebut hati Syahputra tergugah setelah “Menyaksikan video penindasan rezim Nushairiyyah di Suriah yang menyiksa dan memerkosa para muslimah.”

“Saat itu pula ia menyaksikan (merasa) Daulah Islamiyyah sebagai satu-satunya kekuatan paling efektif dalam melawan dan membalas kekejaman Nushairiyyah pada kaum muslimin,” demikian dilansir situs tersebut. (Baca: Polisi Masuk ISIS, Suriah Disebut Tempat Jihad Bintang Lima)

Masih menurut situs tersebut, Syahputra kerap dihalang-halangi atasannya di Polres Batanghari, Jambi, saat ingin keluar dari Kepolisian. Namun akhirnya setelah melihat video yang disebut di atas, Syahputra memutuskan untuk  bergabung dengan ISIS dan terbang menuju Suriah pada Maret lalu.

Di Suriah, Syahputra disebut membakar baju dinasnya dan mengganti namanya menjadi Abu Azzayn al Indunisiy. Sampai akhirnya ia diklaim tewas dalam pertempuran di Al Tamr, wilayah Al Barakah, Suriah.

Kementerian Luar Negeri RI tak berhasil mendapat informasi mengenai Brigadir Syahputra meski telah mengecek melawai Kedutaan Besar RI di Damaskus, Suriah; dan Ankara, Turki. (Baca: Kemlu Tak Bisa Konfirmasi Polisi yang Gabung ISIS)

Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir mengatakan mencari informasi mengenai WNI terkait ISIS sangat sulit karena kelompok itu terang mendeklarasikan diri sebagai kekhalifahan yang tak tersentuh.

Internet jadi andalan

Juru Bicara BNPT Irfan Idris mengatakan internet menjadi alat ampuh ISIS dalam menggaet simpatisan dan menyebarkan ajarannya hingga ke pelosok-pelosok Indonesia. “Tak ada batas geografi sekarang. ISIS bisa menjangkau daerah untuk menarik para generasi muda tanpa kecuali,” kata dia, Jumat (20/3).

Maka internet yang merupakan bagian dari kemajuan teknologi yang efektif menghilangkan sekat antarnegara kini menjadi senjata andalan ISIS untuk merekrut anggota. (Baca: Lewat Media Online, ISIS Merekrut Lebih Cepat)

ISIS juga menggunakan internet sebagai medium utama untuk memasarkan paham mereka, misalnya dengan menyebarkan berbagai video menggugah hati seperti yang mungkin dialami Brigadir Syahputra.

ISIS bahkan memiliki majalah dalam bahasa Inggris dan Perancis. Hebatnya lagi, majalah-majalah itu lantas diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Indonesia, yang lalu dipublikasikan ulang oleh berbagai media kelompok radikal lokal. Amat profesional. (Baca: ISIS Gencar Lancarkan Propaganda melalui Majalah)

Oleh sebab itu, menurut BNPT, pemerintah perlu melakukan kontranarasi untuk melawan propaganda ISIS. Bila tidak, mereka –terutama yang memiliki akar radikal di hati– akan mudah terbawa angin yang diembuskan ISIS. (utd/agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER